Bicara soal perasaan, mau g mau terbayang hal-hal sulit.
Sulitnya mengenali rasa, sulitnya memendam rasa, sulitnya menahan rasa. Katanya
ada tipe orang yang mudah jatuh cinta dan mudah melupakan. Sepertinya aku
termasuk golongan tersebut. Terlepas apakah aku paham atau tidak mengenai cinta
itu sendiri.
Kadang aku pikir aku bahkan tidak pernah jatuh cinta. Belum
pernah lagi setelah cinta pertamaku saat kelas enam SD. Tapi kadang aku merasa
bahwa perasaanku untuk si A, B, C, D, dll itu cinta. Tapi jika itu cinta,
kenapa cepat datang dan cepat pula dapat telupakan?
Karena aku tak yakin untuk menyebutnya rasa cinta, lebih
baik kusebut rasa suka.
Aku, beberapa bulan lalu masih menyukai seseorang. Yang
menurutku jauh dari kriteria cowok idamanku. Aku juga g tau kenapa suka sama
dia. Kecuali sifatnya yang aneh, hidungnya yang mancung dan otaknya yang encer,
aku tak tau lagi apa yang membuatku menyukainya. Lalu, dia pergi. Pergi, dan
sulit ketemu lagi. Awalnya sedih, tapi waktu dapat meredakannya. Lalu aku pun
tak yakin lagi apakah aku benar-benar menyukainya.
Sekarang aku lagi dalam suatu masa singkat bersama
teman-teman baru. Di sana aku menaruh simpati pada seorang pria. Yang lagi-lagi
tak kuketahui kenapa menyukainya. Pada pandangan pertama, aku sudah merasa aku
akan cocok dengannya, setidaknya dalam pertemanan. Sekarang dia dalam hubungan
main-main dengan salah satu temanku, masih dalam ‘suatu masa singkat bersama
teman-teman baru’. Walaupun itu hubungan main-main, kadang aku merasa sedih
jika itu benar terjadi. Merasa cemburu jika mereka berdua terlihat sangat
dekat. Sedang jika bersamaku, dia hanya diam. Pembicaraan canggung. Hanya
hal-hal serius.
Entah darimana perasaan-perasaan itu datang. Apa karena
kebutuhanku akan seorang kakak laki-laki?
Atau karena aku terbiasa jadi wanita kuat?
Aku terdidik sebagai gadis kuat. Tidak ada yang sengaja
mencetakku menjadi seperti itu. Lingkunganlah penyebabnya. Keluarga dan
sekolahku sangat berpengaruh dalam hal ini. Aku gadis yang jarang menangis.
Mandiri, dan lebih suka menahan semuanya sendiri. Aku bukan orang manja. Aku
bukan gadis yang butuh dikasihani. Tapi..
Kenapa perasaan ini terus datang? Apa karena aku secara tak
sadar memilki kebutuhan untuk diperhatikan? Untuk sesekali dimanjakan? Untuk
sesekali tidak dituntut tapi dituntun? Dan mungkinkan kebutuhan-kebutuhan
tersebut kian bertambah? Hingga kini aku memiliki rasa yang baru pada seorang
yang baru?
Aku mendengar dari temanku ‘jadi cewek tu jangan terlalu
mandiri, cowok g suka cewek yang terlalu mandiri’. Aku mandiri. So what? Apa
aku harus bermanja-manja biar disukai pria? I’m not that desperate. Apa karena
aku selalu terlihat kuat dan mandiri, pria-pria di sekitarku tidak dapat
menjadi pangeran?
Aku tidak mungkin berubah menjadi gadis manja, menjadi gadis
yang lemah. Aku akan tetap seperti ini. Hal-hal cheessy sangat g cocok
untukku.
Aku hanya ingin mengatakan sesuatu, untuk diriku dan
orang-orang sepertiku. Bahwa dibalik kekuatan wanita, terdapat kerapuhan.
Kerapuhan itu tertutup rasa malu dan tuntutan. Tertutup oleh kewajiban. Seolah-olah
tidak ada waktu untuk rapuh.
Hal yang sangat menggembirakan jika suatu saat nanti datang
seorang pria yang dapat mengulurkan kehangatan dan perhatian yang dapat
menopang kerapuhan itu tanpa harus mengganggu ketegaran dan keberanian seorang
wanita.
Menanti dia yang aka melengkapi celah jariku.
2 komentar:
Posting Komentar
Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D