Rabu, 26 Februari 2014

Film Favorit nan Keren!

Diposting oleh Camelia di Rabu, Februari 26, 2014 0 komentar
Alohaaaa~
Setelah memenuhi target 21 hari menulis postingan tiap hari, aku jadi jarang nulis lagi. Terakhir cerpen Sembilu seminggu yang lalu. Okeh, akan aku mulai lagi. :)
Ada banyak masukan aku musti nulis apa. Ada yang usul pengelaman ngerjain skripsi, ada yang usul bikin resensi film, atau cerita jalan-jalan.

Pengen sih menuliskan semuanya, tapi perjalanan skripsiku sedang agak suram, dan aku nggak pingin menebar kesuraman *kecuali jk nanti berubah pikiran*. Jalan-jalan, aku lagi nggak melakukannya cukup lama. Cuma jalan ke toko buku ata karaokean doang. Oke, mungkin aku bakal membahas film aja ya..

Kalian punya film favorit? Pasti punya. Mungin sebagian cuma sekedar suka, sebagian lagi memang 'memfavoritkan' dan bisa jadi inspirasi. Aku juga punya. Sedikit berbagi aja sebelum bikin ulasan lebih lanjut di postingan lain.

Film keren yang jadi favoritku, biasanya heartbreaking dan heartwarming di waktu yang bersamaan, antara lain:
1. Hugo --> ini film masih tergolong film masa kini, tapi berhasil memikatku dengan sangat. Alhasil, dia jadi film terfavoritku saat ini. Setelah nonton film ini, rasanya perasaanku masih ketinggalan di dalam adegan2 film tersebut. Film yang membuatku sadar, romantis tidak selalu tentang percintaan sejoli. Karena cinta itu ada di mana-mana. Manis, romantis.
2. Unconditional --> Film manis banget dan romantis. Film yang bisa memberimu courage untuk percaya pada cinta. Percaya bahwa ada cukup cinta di dunia ini untuk diberikan pada semua orang. Film ini membuatku teringat pada Ibu Tetsuko Kuroyanagi, yang pernah bilang bahwa semua anak butuh cinta. Bahkan ketika mereka kehabisan air mata untuk menangis. Semua orang berhak dicintai.
3. Stuck In Love --> Hangat, sedih, bahagia. Film yang cantik tentang Family and Love. Mungkin karena sesuai dengan kondisiku sekarang, film ini bikin teriris, tersindir, dan hangat dalam waktu bersamaan. Banyak yang bisa kupelajari dalam film ini. Bahwa kita pun bisa saja tersesat dalam hidup. Semoga siapapun pangeranku kelak, adalah yang bersedia menantiku, mengusahakanku, dan memelukku kembali, bahkan setelah aku tersesat. Tersesat dalam apapun.
4. Mary and Max --> Cerita tentan persahabatan seorang anak dan lelaki dewasa pengidap Sindrom Asperger. Menarik karena merupakan film animasi pertama yang mengangkat kelainan psikologi. Setidaknya itu yang aku tahu. Sedih dan hangat. Rasanya pengen meluk Max pas endingnya. Dia bilang, "You're my best friend. You're my only friend."
5. Coraline --> film animasi yang aku tonton sampai berkali-kali. Sampai aku lupa berapa kali. Film ini memadukan horor, dongeng, dan dunia anak. Creepy but simple. Tipikal cerita Neil Gaimann. Always be may fav movie. Sampai aku inget dialog2nya dan latihan dubbing pake film ini.

Selain kelima film itu, masih banyak film-film keren yang aku suka. Sukaaaa banget! XD seperti Beautiful Mind, filmnya Helen Keller, Tare Zamen Par, dll.

Film ttg anak-anak, psikologi, horor, dongeng, dan semua romansa selalu dapat memikat hatiku. :3
Selamat nonton! Insyaallah aku bikin ulasan lebih dalem di postingan lain ttg film2 tersebut. Makasiih~ >0<

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Sabtu, 22 Februari 2014

Sembilu

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 22, 2014 7 komentar
Alisra tak bisa berhenti berair mata. Semakin ia sadar, semakin deras air itu mengalir. Matanya semakin memerah. 
"Aku gemetaran. Aku kedinginan." Ucapnya di telepon. Dia bertelepon dengan lautan. Dengan suara di seberang lautan. Hanya ada sunyi yang menjawabnya. Yang terdengar hanya isak tangis. Isak tangis miliknya sendiri.
"Maukah kau mendengarku menangis?" Tanyanya lagi. Tangisnya semakin kencang.
"....."
“Hey, maukah kau dengar aku menangis?” Isak Alisra semakin menjadi.
"Iya, aku mendengarmu." Jawab sebuah suara di seberang lautan.
Lalu sunyi kembali.
"Aku tak pernah tahu akan sesakit ini. Aku tak pernah tahu. Selama ini sungguh yang aku lakukan sia-sia. Rasanya aku begitu dungu. Aku tak pernah menangis seperti ini. Aku telah alpa. Aku menggantungkan harapanku pada manusia." Suara Alisra bergetar.
"Tidak ada yang sia-sia, Alisra. Semua adalah bahan belajar. Ingatkah kau saat kau berkata padaku bahwa kau ingin merasakannya? Merasakan jatuh dan patah?" Suara di seberang lautan terdengar jumawa.
Isak Alisra semakin deras. Bahunya berguncang. Kuku jarinya nampak pucat. Ia kembali menggigil.
“Kau benar. Aku tak seharusnya bermain-main dengan kataku. Bukankah kata itu doa?” Alisra mendakwa dirinya.
“.....”
“Aku hanya tak tahu akan sebegini sakit. Rasanya sakit.” Alisra terbata. Sesekali ia mengusap matanya.
"Alisra, kau hanya sedang terkejut. Kau belum pernah merasakannya. Itu wajar." Jawab Suara di seberang lautan sambil tersenyum. Suara senyum.
Alisra berkata, "Aku salah. Motivasiku salah. Seharusnya aku tak melakukan ini pada diriku. Aku malu." Lalu sambungnya, "Seharusnya aku tahu siapa yang seharusnya aku cinta. Aku merasa bodoh. Betapa menyedihkan aku menangis karena roman picisan."
“Kau tahu?” Kata Alisra kemudian. “Aku merasa seperti pemain drama. Hahaha...pemain drama roman sedih. Pun setelah ini, aku akan banyak bersandiwara.” Sambungnya sambil tertawa. Ironi.
“Hanya saja, sandiwara yang akan kumainkan nanti akan menyakitkan sekali.” Roman wajahnya kembali muram.
"Alisra, kapan kau akan sadar bahwa pelajaran inipun bukti cintaNya? Mungkin Ia menunjukkan padamu bahwa yang kau cinta itu bukan jodoh yang tepat. Bukan seseorang yang diinginkanNya menjadi jodohmu." Suara di seberang lautan terdengar tegas, menyejukkan.
"Seperti kataku, kau hanya laiknya anak kecil yang terjatuh. Ia akan menangis pada awalnya, karena sebelumnya ia tak pernah merasakan sakit itu. Namun, ia belajar. Jika nanti ia terjatuh kembali, ia tak akan menciptakan tangis yang sama. Ia belajar. Belajar untuk sakit. Begitulah juga kau. Kau hanya terkejut." Lama-lama seperti mantera, suara di seberang lautan terus berdesir.
"Tapi sakit. Rasanya dingin." Tangis Alisra mereda, diganti isak putus-putus. Badannya bergetar.
"Tentu saja sakit. Kau sudah jatuh, patah pula."
“.....”
 Suara di seberang lautan kembali bertanya,
"Namun apakah jatuhnya seorang anak kecil membuatnya takut berjalan?"
Alisra terhenyak. Ia menyadari jawaban 'tidak' atas pertanyaan itu. Suara di seberang lautan sadar bahwa Alisra telah paham.
“Alisra... ” Suara di seberang lautan mengurungkan katanya.
“.....”  
Alisra berpikir. Suara di seberang lautan memberinya waktu.
Gesekan daun beringin terdengar gemerisik. Angin bertiup lebih kencang dari kemarin. Suara jangkrik semakin menjadi. Agaknya merekapun tak tahan dengan sunyi. Mereka menunggu sunyi menjadi bunyi.
Alisra bergeming. Dihelanya napas dalam-dalam.
“Kau kembali menghela, Alisra. Tidakkah kau hitung berapa banyak kau menghela?” Suara di seberang lautan memecah sunyi.
“Kau menghitungnya?” Sunyi Alisra terbelah.
“Tentu saja tidak. Kau tak memberiku imbalan setimpal untuk itu.” Suara di seberang lautan bermaksud mencandai.
“Baiklah, sepertinya kau sedang lupa cara bercanda saat ini. Aku tak memaksa.” Suara di seberang lautan berkata cepat.
“Tapi aku yakin kau akan baik-baik saja.” Suara di seberang lautan menegaskan.
“.....”
 Alisra masih berpikir. Menafsirkan rasa. Suara di seberang lautan kembali memberinya waktu.
“Aku tak tahu bagaimana harus bersikap setelah ini. Membayangkan diriku menatap mereka bersanding, sepertinya akan lebih sakit.” Alisra sedikit meratap.
Dengan sabar Suara di seberang lautan berkata, “Alisra, dengarkan aku. Kau akan baik-baik saja. Jadi, teruslah engkau berjalan. Namun janganlah berjalan terlalu cepat. Dengan begitu kau tak akan terjatuh dengan cara yang sama. Tak selamanya jatuh itu sakit. Maka berdoalah banyak-banyak agar kau bisa merasakan jatuh tanpa harus merasa sakit." Lagi-lagi, suara di seberang lautan terdengar bersenyum.
Suara hangat terasa menyelimuti. Air mata Alisra sudah hilang sama sekali. Ia hanya masih menghela napas. Menenangkan hati.
"Akupun paham, kau telah sadar, Alisra. Sehingga kau tahu bagaimana harus menjalani hidup setelah ini. Aku layangkan doa untukmu banyak-banyak. Agar ketika kau diberi jatuh lagi olehNya, kau telah siap, kau tak akan patah. Kau jatuh tanpa sakit. Hingga ketika kau berdiri, aku masih bisa melihat senyummu." Suara di seberang lautan memandang arif.
"Hingga tiba seseorang yang Tuhan utuskan untuk menjadi imammu, menjadi Ia Yang Meraih Tanganmu ketika kau jatuh tanpa sakit. Ia yang merapihkan rambut di balik jilbabmu.” Suara di seberang lautan memberi jarak pada katanya.
“Aku ingin kau mengamini doaku, Alisra." Suara di seberang lautan menggema.
Lalu, satu helaan napas, dan Alisra tersenyum. Tersenyum untuk segala jatuhnya, tersenyum untuk segala patahnya, tersenyum atas doa untuknya, dan tersenyum karena ia masih memiliki Suara di seberang lautan yang sudi merengkuhnya. Ia mengucap terimakasih dalam hati.
Telepon ditutupnya.
Suara jangkrik di peraduan menemani terkembangnya senyum Alisra.
Hatinya masih serupa lukisan yang terkoyak. Namun ia tetap tersenyum.
Senyum kelegaan.
Senyum Alisra semakin lebar.

======================================================

Ia meletakkan gagang telepon. Tampak senyum tertahan di bibirnya. Matanya, tak hanya memancarkan kelegaan, namun juga penyesalan. Menyesal karena merasa bahagia. Merasa bahwa bahagianya tidak seharusnya ia tampakkan.
Pantaskah aku merasa senang ketika ia begitu berduka? Ia bertanya pada dirinya.
Namun sungguh, ia tak dapat menyimpannya. Terbungkus rasa bersalah karena bahagia di atas derita orang lain, ia bersuka cita. Maka hanya matanya yang tersenyum, bibirnya tidak.  Hatinya masih merasa sungkan.
Ia mencatat sesuatu pada buku kusam yang selalu dibawanya. Dengan mata tetap tersenyum, ia menuliskan,
“Ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan, lewat patah hatimu, lewat air matamu. Hingga aku bisa memelukmu dengan suaraku. Maafkan aku karena bahagia atas sedihmu, Alisra. Tuhan yang memberikan petunjuk padaku lewat dering telepon darimu, di pagi buta. Tuhan memintaku merengkuhmu. Memelukmu. Izinkan aku mencobanya. Membantumu jatuh tanpa harus patah. Terimakasih atas sedihmu.”
Ia menutup buku itu dengan senyuman. Kini tak hanya dalam matanya, namun juga bibirnya. Senyum dari sebuah bibir, sepasang mata, dan satu hati di seberang lautan.
Dan angin pun berdesir.

Yogyakarta, 22 Februari 2014



Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

7 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Ternyata Saya Masih Ekstrovert

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 22, 2014 1 komentar
Baru saja aku buat postingan ttg diriku sebagai Ambivert, ternyata itu tidak sepenuhnya benar! XD
Aku sebutkan di postingan sebelumnya, bahwa dlm tes singkat, aku Ambivert. Namun setelah ambil tes yang lebih valid *maybe*, jawaban yang aku dapat adalah:

"You’re an Extrovert with some Ambivert functions."

Yeeey! Keinginanku terkabul, ternyata aku memang ekstrovert, pantas aku kurang puas dg jawaban ambivert. Hanya saja, aku punya kecenderungan ambivert, :3
Aku ambil test di sini: http://lonerwolf.com/introvert-or-extrovert-test/
Hasilnya: 
You have reached 71 of 100 points, (71%)
Introvert or Extrovert: Test Yourself With Our Personality Quiz

If you score was between:
0 – 20 points  : You’re predominantly an Introvert.
20 – 40 points : You’re an Introvert with some Ambivert functions.
40 – 60 points : You’re an Ambivert.
60 – 80 points : You’re an Extrovert with some Ambivert functions.
80 – 100 points : You’re predominantly an Extrovert.
Jadi, bisa dibilang, sy ini:
Ambivert dg dominan ekstrovert atau spt yg dibilang td, ekstovert dg tanda2 ambivert. :D
Alhamdulillah~

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

1 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Jumat, 21 Februari 2014

Are You an Extrovert or Introvert? I'm Both of Them!

Diposting oleh Camelia di Jumat, Februari 21, 2014 0 komentar
Beberapa hari ini aku dibingungkan oleh siapakah diriku. Ambil tes sana-sini, 3 kali dapet Ekstrovert dan 1 kali dapet Introvert.

Mencocokkan diri, apakah aku benar introvert seperti yang kusangka selama ini? Ataukah sebenarnya aku introvert yang menolak jd ekstrovert? Berkali-kali mencoba menyocokkan dengan ciri keduanya, aku tambah bingung. Hingga malam ini jelaslah semua #eaa.. setelah diskusi sampe pagi sma temen kos sambil searching, satu hal yang kudapat.

I'M AN AMBIVERT!

Do you know what ambivert is? Check this out! ;)
You're an ambivert. That means you're neither strongly introverted nor strongly extraverted. Recent research by Adam Grant of the University of Pennsylvania's Wharton School of Management has found that ambiverts make the best salespeople. Ambiverts tend to be adept at the quality of attunement. They know when to push and when to hold back, when to speak up and when to shut up. So don't fall for the myth of the extraverted sales star. Just keep being your ambiverted self. 
*ini setelah aku ambil test di sini
Kebingunganku selama ini terjawab. I'm neither only extrovert or introvert, i'm both ot them. In the middle.
Dijelasin juga bahwa tak ada org yang hanya introvert atau ekstrovert aja. Kalo kata Carl J. Jung kya gini:
There is no such thing as a pure introvert or extrovert. Such a person would be in the lunatic asylum. --Carl G. Jung
yang ada hanya orang yang dominan ekstrovert atau introvert. Hanya jumlah persen yang memisahkan kita~ #ciyeehh

Mungkin ini kelebihan yang Allah berikan. Membuatku lebih adaptif. Bisa memilih kapan aku harus menggunakan kedua senjataku, ekstrovertness dan introvertness. Senjata yang akan luar biasa berguna saat bisa menggunakannya dengan tepat.

Sebenernya aku pengen dominan ekstrovert aja, biar jelas. Tapi aku butuh jd introvert. :3 In the middle is not that bad thou~ Tapi kemungkinan sisi ekstrovertku lebih tinggi dr introvert. Hanya saja masih dalam taraf ambivert. Oke, saya sudah cukup puas dengan hasil ini.

Nah, apa bedanya Ambivert dengan Ekstrovert dan Introvert?

Seorang Ambivert, sangat menikmati kumpul bareng orang2, pesta, ketemu komunitas, kenalan baru. They do love crowd, but after long time it will drain them. Also, they do love alone, but not too long. Jadi intinya, seorang ambivert musti nge-mix antara berkumpul dg orang2 dan menyendiri.

Saat lagi bosan, aku akan berkumpul dengan teman2 yg kusuka, hangout, atau hanya jalan2 sendiri beli buku. Atau keliling rental komik sambil numpang baca. Bisa juga aku hanya di kamar baca buku dan tiduran. Mungkin buatku, yang paling asik adalah 'menyendiri berjamaah', jadi berangkat bareng, trus menikmati kesendirian masing2, abis itu pulang bareng lagi. #apaaan? contoh pas ke perpus, :3
Nah, katanya orang ambivert ini paling bagus untuk ngurusin 'sales'. Karena dia lebih tahu kapan musti koar2 macam ekstrovert, dan kapan musti mendem kayak org introvert. :3

Mengenal diri sendiri itu such a wonderful feeling, apalagi setelah penasaran lama dan terkatung-katung. Ok, Semangat for what ever you are! XD

Ps. Ralat: Ternyata, aku masih introvert. >0< (baca lebih lengkapnya di sini --> http://bungarumputku.blogspot.com/2014/02/ternyata-saya-masih-ekstrovert.html)

sumber belajarku:
http://www.danpink.com/assessment/
http://www.fastcompany.com/3016031/leadership-now/are-you-an-introvert-or-an-extrovert-and-what-it-means-for-your-career

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Senin, 17 Februari 2014

Banyak Alasan Kenapa Menolak Pacaran

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 17, 2014 0 komentar
Wuehehehehe... abis bikin postingan ini, terus nemu gambar lucu dari tumbl: Akhwataluswah
Intinya, alasan nggak pacaran bisa macem2.
Tentu tergantung kepahaman hatimu akan pilihanmu sendiri. Jadi, apa alasanmu nggak pacaran?
Silahkan dinikmati~


 

 

 

 

Huwehehehehe.... XD

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Minggu, 16 Februari 2014

Alasan Mengapa Nggak Pacaran: Cerita

Diposting oleh Camelia di Minggu, Februari 16, 2014 0 komentar
Aku nggak pernah pacaran dan aku bangga. Mau cerita dikit.

Dulu, aku pertama kali suka cowok jaman SD. Bisa dibilang cinta pertama. Sama-sama seneng, tapi nggak ngungkapin. Cuma berbahasa dengan senyuman, tawa, saling ngejek, ngobrol bareng. Aku merasa menyukainya, dan menurutku saat itu dia menyukaiku. Tapi kemudian aku ketakutan. Ketakutan untuk mencintainya. Takut jika aku semakin suka padanya, aku akan tergiur untuk pacaran. Padahal aku dilarang pacaran sama orang tua *masih SD euy*.

Maka kulancarkan sebuah siasat yang berjudul --> "Pura-pura Membencinya". Maka tiap bertemu dengannya, aku pura2 tak melihat, tiap dia senyum dan menyapaku, aku buang muka. Jika dia melakukan sedikit kesalahan pada adikku *satu SD dgku*, aku akan marah2 kayak kesurupan. Masih aku ingat waktu itu, aku marah2 padanya pas dia lagi duduk2 dengan anak cowok yang lain. Dia memandangku dengan tatapan aneh. Tatapan terganggun dan bingung. Mungkin. Aku juga rada lupa sih.. yang jelas, aksiku itu cukup memperlebar jarak di antara kita.

Waktu itu, jelas aku belum benar2 paham perasaanku sendiri, belum bisa membahasakannya seperti sekarang. Pun tetap tak paham kenapa aku bisa kepikiran untuk melancarkan aksi demikian. Satu hal yang menjadi tujuanku adalah: Tidak boleh pacaran! Titik.

Selanjutnya, waktu SMP. Masa-masa ini, aku idealis sekali. Nggak mau pacaran, nggak mau berhubungan dengan cowok kalau nggak penting, nggak mau sekedar ngobrol geje sama cowok. Waktu itu aku terdoktrinasi  krn kondisi sekolahku. Cukup merugikanku sebenarnya, karena fase itu bisa merubah aku yang super extrovert menjadi lebih pendiam. Lebih seriang diam malah. Aku bisa terbuka hanya pada perempuan. Bisa merekspresi 'gila' juga cm dihadapan perempuan. Jadilah banyak teman laki2ku tak berani jatuh cinta padaku, tak berani bilang suka padaku *aku tahu belakangan*. Ada seseorang yang berani mengungkapkannya dan aku tolak. Padahal kalau mau jujur, aku agak simpatik padanya. Entah mungkin aslinya cm rasa senang krn ditembak ditambah dia baik, atau memang suka aku tak tahu. Tapi rasanya beda dg yg kurasakan waktu SD.

Waktu SMA, sekolahku campuran. Alhasil aku harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Mulai keluar sedikit sisi ekstrovertku. Tapi aku tetap tampak misterius. Pendiam. Hanya bagi sebagian orang aku 'gila'. Kau tahu bagaimana rasanya? Rasanya seperti harus berganti topeng tergantung kondisi. Tergantung tempat. Dan mencari alasana pribadi agar hatiku tak merasa bahwa diriku sedang bersandiwara.

Sekarang aku sudah bisa menempatkan diri dengan lebih baik.
Wait, ceritanya malah jadi panjang. Jadi intinya, dari dulu, aku tetap berpegang teguh untuk nggak pacaran. Dan alasan tiap fase pendewasaanku berbeda2.


SD --> Takut orang tua, dilarang pacaran
SMP --> Belajar agama, doktrinasi, Pacaran itu mendekati Zina
SMA --> Mulai logis, sudah nggak menelan mentah2 doktrin, namun dipahami. Pacaran itu buang waktu, ngabisin tenaga, terkekang dan cuma pelampiasan hawa nafsu. Kalau yg dicari cuma cinta, aku bisa mencari cinta itu dari tempat lain.
Kuliah --> Pacaran itu.. ah, nggak perlu. Repot. Hati dan pikiran nggak tenang. Allah jelas nggak ridha. Di saat2 iman lagi turun, kadang mikir pengen pacaran. Tapi tetep nggak bisa. Rasanya ada hal yang nggak pas kalau pacaran. Dan karena dr dulu sudah memegang prinsip itu, jika tiba2 aku pacaran, akan melanggar prinsip itu, dan aku yakin aku akan menyesal. Sama kayak niat puasa tp batal sebelum maghrib. Yah.. kayak gitu. Udah bukan 'Aku nggak pacaran karena...' tapi 'Aku nggak pengen pacaran'. Udah pake hati memahaminya. dan dengan begini, rasanya lebih kuat aku pegang prinsip ini.

Semua memang berproses. Mungkin kamu bisa lebih cepat berproses dr pda aku. Aku bisa menjalani prinsip ini dengan hati baru setelah umur di atas 17th. Dulu aku memegang prinsip itu hanya karena 'Dilarang'. Dan berprinsip dengan hati itu lebih mudah dilakukan. Lebih enjoy. Nggak perlu pake excuse apapun. Lebih baik mempersiapkan diri untuk hubungan yang lebih berkualitas. Cheers!


Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Sabtu, 15 Februari 2014

Bukan Selalu Tentang Suami Idaman

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 15, 2014 0 komentar
Ini bukan hal baru sebenarnya. Ilmu ini sudah lama kutahu. Tapi entah karena apa rasanya agak terlupa. Itulah mengapa kita harus sering membaca. 
Aku tersadarkan kembali. Bahwa aku sudah terlalu jauh. Terlalu berangan tentang cinta duniawi. Alhamdulillah tak jadi terjebak dengan euforia dan logika. 
Ini disadur dari muslimahtalk.com, bersumber dr Ust. Salim A. Fillah
TENTANG JODOH
Pertama
Satu hal yang seringkali dilupakan oleh banyak wanita adalah bahwa kemuliaan wanita tidak bergantung pada laki-laki yang mendampinginya.
Tahu darimana? Allah meletakkan nama dua wanita mulia dalam Al Quran, Maryam dan Asiyah. Kita tahu, Maryam adalah wanita suci yang tidak memiliki suami, dan Asiyah adalah istri dari manusia yang sangat durhaka, Firaun. Apakah status itu mengurangi kemuliaan mereka? No!
Itulah mengapa, bagi wanita di zaman Rasulullah dulu, yang terpenting bukan mendapat jodoh di dunia atau tidak, melainkan bagaimana memperoleh kemuliaan di sisi Allah.
Kedua
Bicara jodoh adalah bicara tentang hal yang jauh: akhirat, surga, ridha Allah, bukan semata-mata dunia.
Ketiga
Jodoh itu sudah tertulis. Tidak akan tertukar. Yang kemudian menjadi ujian bagi kita adalah bagaimana cara menjemputnya. Beda cara, beda rasa. Dan tentu saja, beda keberkahannya.
Keempat
Dalam hal rezeki, urusan kita adalah bekerja. Soal Allah mau meletakkan rezeki itu dimana, itu terserah Allah. Begitupun jodoh, urusan kita adalah ikhtiar. Soal Allah mau mempertemukan dimana, itu terserah Allah.
Kelima
Cara Allah memberi jodoh tergantung cara kita menjemputnya. Satu hal yang Allah janjikan, bahwa yang baik untuk yang baik. Maka, mengupayakan kebaikan diri adalah hal utama dalam ikhtiar menjemput jodoh.
Keenam
Dalam urusan jodoh, ta’aruf adalah proses seumur hidup. Rumus terpenting: jangan berekspektasi berlebihan dan jangan merasa sudah sangat mengenal sehingga berhak menafsirkan perilaku pasangan.
Ketujuh
Salah satu cara efektif mengenali calon pasangan yang baik adalah melihat interaksinya dengan empat pihak, yakni Allah, ibunya, teman sebayanya, dan anak-anak.
Kedelapan
Seperti apa bentuk ikhtiar wanita?
1. Meminta kepada walinya, sebab merekalah yang punya kewajiban menikahkan.
2. Meminta bantuan perantara, misal guru, teman, dll. Tapi pastikan perantara ini tidak memiliki kepentingan tertentu yang menyebabkannya tidak objektif.
3. Menawarkan diri secara langsung. Hal ini tidak dilarang oleh syariat.Bisa dilakukan dengan menemuinya langsung atau melalui surat dengan tulisan tangan. Konsekuensi satu: Ditolak. Tapi itu lebih baik daripada digantung.
Kesembilan
Bagaimana jika ada pria yang datang pada wanita, menyatakan rasa suka, tapi meminta ditunggu dua atau tiga tahun lagi? Perlukah menunggu?
Sabar itu memang tidak ada batasnya. Tapi ada banyak pilihan sabar. Silakan pilih. Mau sabar menunggu, atau sabar dalam merelakannya. Satu hal yang pasti, tidak ada jaminan dua tiga tahun lagi dia masih hidup. Pun tidak ada jaminan kita bisa menuntut jika dia melanggar janjinya, kecuali dia mau menuliskan janjinya dengan tinta hitam diatas kertas putih bermaterai.
Kesepuluh
Bagaimana jika ada pria yang jauh dari gambaran ideal seorang pangeran tapi shalih datang melamar? Bolehkah ditolak?
Tanyakan pada hatimu: Mana diantara semua faktor itu yang paling mungkin membawamu dan keluargamu ke syurga?
Sekian. Semoga bermanfaat.
Mungkin beginilah cara Allah menegurku. :))
Tak usah terlalu serius memikirkan rasa ini untuknya. Allah lebih tahu siapa yang lebih tepat untukku. Walau aku tetap berharap itu adalah dirinya. :3
Semangat upgrade diri!
Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Rabu, 12 Februari 2014

Senang XD

Diposting oleh Camelia di Rabu, Februari 12, 2014 0 komentar
Lagi-lagi nemuin gambar yang cukup nggak penting tapi bikin seneng. Again, I'm Belle! Yeay!

Belle, heroine di Beauty and The Beast.


Cantik, suka baca buku, pinter nyanyi. Dia princess Disney yang paling kusuka <3 <3 <3

Pokoknya suatu saat nanti aku ingin keliling perpustakaan-perpustakaan di manapun. *tekad* Pasti menyenangkan. Apalagi perpustakaan tua gitu. Ah~ butuh waktu main yang banyak.

Dulu aku mencanangkan pengen jalan-jalan keliling museum, sekarang pengen perpustakaan juga. Kalau perpustakaan tua masuk museum juga nggak, ya? Museum buku?

khukhukhu~
See? even the smallest thing could excited me and makes me happy. XD

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Selasa, 11 Februari 2014

One Day One Post

Diposting oleh Camelia di Selasa, Februari 11, 2014 0 komentar
Huaaaaaahhhhhh~ *ngulet*
Apa kabar? Aku lagi pengen semangat! Yey! Sayangnya, akspresiku datas sekali saat ini. ._.
Baiklah, postingan kali ini saya cuma pengen refleksi.

Banner yang kupasang di akun fb-ku

Terhitung sejak Januari akhir, aku menargetkan diriku untuk selalu apdet blogspot minimal sehari sekali. Hmm.. berarti uadah sekitar 2 mingguan sejak target itu aku canangkan. Ternyata mewajibkan diri sendiri untuk melakukan sesuatu, terutama yang disukai itu justru menjadi hal yang berat. Aku punya kebiasaan moody, mood meledak-ledak saat sangat bersemangat. Jadi, pas semangat-semangatnya blogging, aku bisa bikin tulisan sampai 5 postingan sekaligus. Jadi, Posting banyak sekalian, habis itu ditinggal lama. Selama ini belum pernah rutin nulis atau mendisiplinkan diri untuk menulis.

Ini pertama kalinya. Aku memaksa diriku melakukan sesuatu yang kuanggap passion, kuanggap hobi dengan menjadwalkannya. ONE DAY ONE POST. Padahal aku orang yang sangat sulit bekerja sesuai jadwal. Bukan tipe yang terstruktur, kerja secara acak, dan nggak suka hal-hal monoton.

Awal-awal peluncuran progam ini, aku merasa sangat kesulitan. Kesulitan unutk konsisten, kesulitan untuk menuangkan ide menjadi tulisan. Susah memaksa bulir kata-kata ketika kita tidak menginginkannya. Tapi aku semangati diri. Kapan lagi kamu mau berusaha menepati targetmu sendiri? Memang sulit sebenarnya, karena ide itu sesuatu yang liar, sedang jadwal itu seperti mengandangkan hewan liar. Namun, bukankan ini ajang yang menarik untuk melatih dirimu menghadapi deadline? Mempersiapkan diri menjadi penulis sungguhan.

Aku pernah berdiskusi dengan teman-teman, bahwa hal baik yang ingin kita miliki, musti diulang-ulang selama 21 hari. Saat itulah hal baik itu telah menjadi kebiasaan. Kalau nggak salah disebutkan juga di bukunya Felix Siauw "How to Master Your Habits". Intinya, untuk mencapai kebiasaan menulis itu, aku masih harus menempuh satu minggu lagi. Setelah itu, aku yakin, menulis di blog ini akan menjadi hal yang ringan.

Hal baik yang aku dapatkan setelah mencanangkan program untuk diriku sendiri adalah:
1. Aku belajar tertib. Aku belum menjadi orang yang sangat teratur. Itu sulit. Karena aku nggak suka sesuatu yang monoton. Tapi menulis itu sendiri, walaupun terjadwal, ia dinamis. Tulisan yang kau buat tidak akan sama satu sama lain.
2. Mengambangkan tulisan. Ini dampak yang aku rasakan. Semakin sering menulis, semakin lancar otak mengungkapkan ide yang diinginkan, semakin mengalir kata-kata yang diutuliskan. Menulis menjadi semakin nyaman. Lama kelamaan, aku semakin sadar dengan gaya kepenulisanku. Dan setelah membuat postingan, aku nggak lagi merasa, "Ah, tulisaku terlalu random." "Wow, nggak fokus nih, tulisanku." Jadi dari segi berlatih, aku sudah meningkat.
3. Kepuasan pribadi. Kau yang pernah menargetkan sesuatu pada dirimu sendiri, dan bisa menepatinya, pasti pernah merasakan kepuasan yang sama denganku. Walaupun untuk hal kecil yang mungkin dianggap nggak penting untuk orang lain.

Semangat! Semoga tetap istoqamah menulis dan menargetkan. Program ini sendiri tak pernah kutargetkan sampai berapa lama. Hanya paling tidak sampai 21 hari. Aku sih pengennya sampai setahun ini tetap berjalan. Kecuali sangat terpaksa atau menurutku cukup, baru aku akan berhenti. :))

Tapi bloggingnya tetep jalan teruuus~ >0<
Semangat belajar! :D

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Senin, 10 Februari 2014

[Semacam Review Buku] Calvin and Hobbes

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar

Buku ini berisi komik strip tentang keseharian anak bernama Calvin dan boneka harimaunya, Hobbes. Dari buku-buku bertema anak yang aku baca, buku ini paling mengasikkan dan lucu untuk diikuti. Tentu saja sasaran buku ini bukan anak-anak, menurut aku. Karena anak-anak tidak akan begitu paham bagaimana jalan pikir mereka sendiri. 

Fakta bahwa aku senyum-senyum sendiri saat membaca buku ini adalah bukti bahwa ada rasa yang terbangkitkan dari masa lalu. Pikiran-pikiran nostalgia masa kanak-kanak, dan dugaan, "Ternyata, jalan pikir anak-anak seperti ini, bisa jadi dulu akupun berpikir begitu." 

Calvin diceritakan sebagai anak laki-laki yang sangat imajinatif. Dia membayangkan Hobbes, bukanlah boneka, namun harimau sungguhan yang hidup. Mereka berteman baik. Terdapat kepolosan dalam pola pikir Calvin. Tentu saja, karena dia masih anak-anak. Imajinasi yang lain adalah membayangkan guru-guru sebagai monster, percaya bahwa bisa terbang, dan merasa menjadi serigala.

Kisah lain yang lucu adalah ketika ada anak perempuan baru di kelasnya, ia menunjukkan ketertarikannya pada anak itu dengan bersikap seolah-olah membenci. Perasaan yang dulu pernah aku lalui juga. Tidak mau ketahuan suka teman. 

Buku ini sarat pskologi anak, yang unik dan menarik untuk diikuti. Mungkin karena kita sudah terlalu jauh dari masa kanak-kanak, ia menjadi nostalgia yang berharga, sekaligus menambah pengetahuan. 

Aku membaca buku ini berulang-ulang tanpa rasa bosan. Seperti tak pernah habis walau dibaca terus menerus. Aku sepakat dengan komentator buku ini, buku ini adalah buku yang paling merepresentasikan masa kanak-kanak dengan baik. Pokoknya asik bangeeet! >0< 

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

I'm Belle :3

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar
I’m Belle! Yay!
maybe it’s not something important, but it’s really exciting me. Belle is my fav Disney princess. I love the way she looks, i love her hobby which is same with me: READ BOOKS
When i was child, i ever imagined my self for being Belle and borrow many books from the Library she usually goes to. Then walk home while read book and sing.
Awww.. >.<
I’ll still love her. And love books ofcourse. :3
Indeed, I’m Belle.

If you want to try to take this quiz, go here

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Aku Rindu Jalan Kaki

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar
Aku pengen jalan kaki. Aku rindu jalan kaki. Semenjak punya motor, aku jadi jarang jalan kaki. Dulu juga jarang sih, tapi naik angkot atau bus. Sekarang kemana-mana pakai motor. Jalan kaki jarang banget kecuali lagi pengen.

Setiap naik motor, pas lihat trotoar, lihat pengemis, lihat penjual lesehan, lihat tukang parkir, rasanya cemburu. Pengen melakukan banyak hal, hingga membuatku berpikir, "Seandainya aku sedang jalan kaki."
Ada semacam romantisme dari jalan kaki, yang aku rindukan. Tapi aku tahu, aku sulit untuk benar-benar lepas dari motor. Terutama saat harus mengajar privat di tempat yang jauh. Bukan tak bisa, hanya tak memungkinkan. Karena seringkali waktu untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain hanya setengah jam, padahal cukup jauh. Maka dari itu aku tetap butuh motor.

Aku tetap rindu jalan kaki. Menyapa orang yang berpapasan.
Di lampu merah, ketika ada anak kecil mengemis, rasanya aku ingin ngobrol dengannya, lalu bertanya, "Kenapa kamu mengemis?" atau "Apa kamu masih sekolah?"
Atau sekedar mengobrol dengan nenek-nenek penjual koran yang sakit kakinya di dekat Pasar Demangan. Pengen berteman dengan adik penjual koran di perempatan Gramedia, dengan penari jalanan di perempatan Ring road Monjali, dengan bapak tukang parkir Rumah Sakit Sardjito yang punya dua anak.
Aku rindu.

Semua hal itu akan sulit aku lakukan dengan aku naik motor. Karena seringkali tak ada waktu untuk turun. Semisal ada waktupun, bagaimana caranya turun di lampu merah? Memarkir motor di pinggir jalan untuk ngobrol dengan pedagang topi dekat MM UGM juga rasanya ra ilok. Semacam kurang pantas. Malu membawa motor yang sering menjadi simbol orang berpunya.

Satu hal lagi yang akan lebih asik dilakukan dengan berjalan kaki adalah mengitari toko buku bekas. Bukan hanya turun dari motor dan membeli, tapi aku ingin berkenalan dengan penjualnya, mengenal jenis-jenis buku yang ada. Pasti menyenangkan.

Suatu saat, pasti. Jika Allah mengizinkanku. Insyaallah..
Tak ingin terlalu bergantung dengan motor. Suatu saat nanti. Atau mungkin besok. Kapan pun. Saat aku merasa siap. Siap untuk tak terlalu bergantung dengan kendaraan bermesin. Siap untuk berjalan kaki.

Tenang saja, aku masih akan tetap rindu jalan kaki, jadi ketika tiba saatnya melepas rindu tersebut, aku akan sangat berbahagia. :))

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Minggu, 09 Februari 2014

Setiap Anak Wajib Bahagia

Diposting oleh Camelia di Minggu, Februari 09, 2014 0 komentar
Selalu ada semacam keajaiban saat melihat anak kecil. Sebuah kepolosan yang terpancar. Selalu ada yang berbeda, yang membuatku tertarik untuk mengamati mereka. Bayi dan anak kecil, nantinya akan menjadi seseorang yang dewasa. Sebagian dari mereka menjadi orang baik-baik, sebagian dari mereka menjadi orang yang dianggap buruk oleh masyarakat.

Tak pelak, saat melihat seorang narapidana, pengedar narkoba, pencuri, koruptor, psikopat, pembunuh, pikirku berkata, Masa kecil seperti apa yang mereka lalui? Apa yang tidak mereka dapat sehingga mereka memilih jalan yang salah? Atau sesungguhnya kesalahan itu sendiri bukanlah jalan yang salah untuk mereka, melainkan hanya pembelajaran agar mereka tahu mana yang benar? Jika sudah begini, rasanya semua terlihat abu-abu, tak ada yang sungguh benar dan tak ada yang benar-benar salah.

Aku sungguh percaya, seorang anak kecil wajib hidup bahagia. Dengan masa kecil yang indah, dia akan siap menghadapi kehidupan. Indah, bukan berati harus selalu berkecukupan, terpenuhi semua keinginannya. Indah berarti dia punya kenangan yang sangat dihargainya, dikenang, dibingkai dengan bingkai emas, dalam hatinya. Kenangan itu yang nantinya akan menjadi pegangan ketika ia mendapat masalah. Membuatnya merasa: aku pernah bahagia, dan itu indah sekali rasanya. Jadi, aku akan tetap bahagia, jika masalah datang, aku akan menyelesaikannya, sehingga aku bisa bahagia kembali. Aku bukan pakar anak, bukan ahli psikologi, aku hanya mengungkapkan apa yang aku percayai. Seseorang yang pernah bahagia, akan merasa wajar jika nanti tertimpa masalah, Aku pernah merasa bahagia, jadi tak masalah jika sekarang Allah mencobaku, waktunya aku untuk diuji.

Mungkin benar aku sok idealis, terlalu naif, karena nyatanya kita tak akan benar-benar tahu kehidupan seseorang. Tak benar-benar paham perasaan seseorang. Tapi yang jelas perlu digarisbawahi adalah, kebagiaan yang saya maksud SAMA SEKALI TIDAK BERKAITAN DENGAN MATERI. Namun lebih pada kehangatan keluarga, pendidikan dan pengawasan yang layak dari orang tua, pembelajaran moral dan agama, dan kesadaran untuk qana'ah.

Semua berawal dari keluarga. Semua anak berhak akan cinta dan kehangatan. Itu kebahagiaan terbesar bagi mereka. Bukan uang, mobil-mobilan, atau barbie.

Semoga semakin banyak keluarga yang hangat dan penuh cinta di dunia, sehingga orang jahat dan pembuat onar bisa banyak berkurang. Kita masih harus banyak belajar.

Semangaaat! >0<

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Sabtu, 08 Februari 2014

Jangan Lari!

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 08, 2014 0 komentar
Aku nggak ngerti. Kenapa orang melarikan diri dari polisi ketika ada razia? //ceritanya tadi lihat tivi sekilas dan dan ada mbak-mbak yang melarikan diri dari razia/ Padahal mbaknya pake helm. Ah, mungkin tidak bawa STNK? atau SIM? Atau salah jalur?

...................................

Jadi bukankah sesungguhnya kita cenderung lari dari masalah ketika merasa bersalah?
Entahlah.

Untuk kasus razia tadi, entah kenapa rasanya itu tidak benar. Melarikan diri, bahkan ketika polisi sudah mendekati dan menarik motor si mbak, terasa tidak benar. Bukankah itu berarti menghina? Menghina pak Polisi? Bahwa sesungguhnya memang si mbak itu telah melakukan kesalahan dan kabur. Tidakkah dia sama saja dengan pelanggar-pelanggar hukum yang lain?

Aku tak bilang kalau aku tak pernah melanggar. Aku kadang tidak bawa helm untuk temanku saat harus boncengan, sehingga harus lewat jalan tikus. Itu pun jika terpaksa. Jika memungkinkan, maka aku akan pulang mengambil helm. Tapi kabur dengan jelas di depan polisi, bukankah itu keterlaluan. Jika tidak salah, kenapa kabur? Jika memang salah, kenapa tidak berani tanggung jawab? Apa itu tidak beda dengan koruptor yang kabur dari kejaran KPK? Okelah, mungkin berlebihan. Tapi aku nggak menemukan analogi lain.

Apa katamu? Balas dendam pada polisi? Jika kau kecewa pada sebagian polisi, apakah itu berarti menyalahkan semua polisi? Apakah itu berarti kabur ketika melanggar peraturan lalu lintas?
Maaf, aku tak bisa menangkap logikanya. Bagaimana jika sang polisi sebenarnya polisi yang jujur? Polisi yang lelah karena disalahkan terus menerus atas kesalahan rekannya? Itulah sebabnya kita tak bisa mengeneralisasi segala hal. Bersikaplah bijak! Aku juga belum ahli tentu saja. Jadi, mari kita berusaha bersama-sama.

Jika kecewa dengan polisi nakal, jangan terus balas dendam dengan ikut-ikutan jadi nakal. Kalau dirimu tidak teratur, bukankah itu ladang empuk bagi polisi-polisi nakal? Itu artinya kau ikut mendukung.
Cobalah patuhi aturan, karena sesungguhnya itu demi kebaikan kita sendiri, bukan?

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Jumat, 07 Februari 2014

7 Steps to Achieve a Quality Salat

Diposting oleh Camelia di Jumat, Februari 07, 2014 0 komentar
Alohaaaa~ Semangat Jumat!
Jumat itu hari penuh barokah, ditambah hari ini hujan. Adem.. :3

Nah, berhubung saya lagi males, jadi saya copy-kan atrikel dari:
http://thepiercingstar.tumblr.com/
Dan karena saya sedang super males, jd tetep pake bahasa Inggris aja, ya.. Nanti kalau udah sempat (baca: nggak males), aku buat yang bahasa Indonesianya. Gomennasai~ *bow*

1. Pray on time

First things first. When we give God priority, He gives us His priority. Look forward to the time when it’s prayer and then drop whatever you are doing to go and pray. Make this especially true for yourself if you’re traveling.

2. Slow down

Slow down in each position. This would be especially important if you’re naturally a quick reader and your salat normally finishes quickly. Slowing down can mean reciting the Quran a bit more slowly or just holding your position i.e. in sujood for a few seconds more than normal after you have finished reciting. Inshallah, this will allow you to relax and get that piece of mind in a way that is pleasing to Allah SWT as opposed to perhaps rushing the salat.

Additionally, you will find slowing down allows the Salat to run smoothly in a beautiful manner, InsyaAllah =)

3. Understand what you’re reciting

You don’t have to be a scholar to understand what you’re reciting. We should make the effort to understand at least some of what is read during salat.

For example, Surah al-Fatihah is something we all read during salat but do we know what, “Iyyaka na’a budu wa-iyyaka nasta aeen” means? “You {Alone} we worship, and You {Alone} we ask for help [for each and everything”. This Surah is also fairly short and therefore not difficult to remember.

Once we understand what we are reading during salah even if it’s not all of what is read, then we will find that sweetness you obtain from salat through understanding what we are saying. This can only allow us to become closer to Him.

Recite different surahs. If it’s Surah Ahad that you recite regularly. There are other Surahs that you’ve memorised but never recite in Salat. Recite those and reflect on it’s meanings.

4. Remember Shaitaan’s tricks!

This is our enemy, Shaitaan. We are blessed by Allah SWT that we are in a position to be performing salah but this doesn’t stop Shaitaan in our salah who is ever busy trying to distract us from our worship.

It is said in a hadith that shaitaan called ‘Khinzab’ sits on your shoulder in salah. As soon as you start the salah, it whispers and does everything to disturb you. That’s why if you find yourself running through your shopping list or what you have to do for the rest of the day then know that this is the shaitaan working its magic.

‘Uthan b. Abu al-‘As reported that he came to the Allah’s Messenger (PBUH) and said:“Allah’s Messenger, the Satan intervenes between me and my prayer and my reciting of the Qur’an and he confounds me”. Thereupon, Allah’s Messenger (PBUH) said, “That is the doing of the Satan who is known as Khinzab and when you perceive its effect, seek refuge with Allah from it and spit three times to your left”. [Muslim].

If we understand the different tricks of the shaitaan, we can avoid falling into its traps and letting our minds wander in salat.

5. Stay focused

Isolating ourselves and going in a quiet place can and should be applied to our salat. Anything that allows us to focus, concentrate and block out the world during salah can only benefit us.

Many people find sitting in wait for the salat, doing dhikr for a few minutes is very useful. This will InshaAllah allow you to forget about the world and the various things you have to do for a few minutes. Therefore, when the salat begins, you will be fully focused.

6. Increase the significance/importance of THIS salat

Try to think of the salat you are about to perform as the one in which Allah SWT will question you about on the Day of Judgement. This should help us to perform the salat with the devotion, concentration and care we are looking for.

Additionally, consider that this salat may be your last. I’m sure if we were told this would be our last salat, we would perform it with extreme devotion, avoid anything and anyone that distracted us and make it the longest salah possible. This is something to reflect on.

7. Continuously make dua

This is a vital point to consider for everyone. Dua should constantly be made to Allah SWT as without His help & His willing, we will not be able to perform the salat as required. We should continuously ask Him to send blessings on us and if for example we are struggling with remembering the Quran, or concentrating then we should continuously seek help from Allah SWT.

Finally, dua should be made thanking Allah SWT for all His bounties and giving us the blessings to be able to perform salat and pray to him despite our many faults.

A dua that should, therefore, be read constantly after salat is, ‘Allahumma innee ala zikrika wa shukrika wa husni ibaadatik’ (O’Allah, help me remember You, to be grateful to You, and to worship You in an excellent manner).

I sincerely hope this will help us all gain Kushu’ in our salat InsyaAllah. Jazakallah khair!
[this is extracted from productivemuslim.com, plus i’ve added a few more important points =)]

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

Kamis, 06 Februari 2014

TUKANG CUKUR DAN KURSI GOYANG [edited]

Diposting oleh Camelia di Kamis, Februari 06, 2014 0 komentar
Jam dinding menunjukkan pukul 09.10 di warung cukur rambut Kang Abu. Dilebihkan 10 menit dari waktu asli, aku sudah hapal. Kang Abu tak pernah terlambat membuka tempat cukurnya setiap hari. Saat jam dinding di warung itu menunjukkan pukul 9 tepat, kau akan jumpai kang Abu mulai membuka tirai warungnya. Lalu jam 9.10, tepat sama dengan pukul 9 di arlojiku, warung itu sudah siap menerima pelanggan. Pelanggan di warung cukur Kang Abu biasanya tetap itu-itu saja, namun belakangan warungnya menjadi terkenal. Sepertinya ada pelanggan yang membocorkan keunggulan warung cukur Kang Abu.

Warung cukur Kang Abu bukan warung cukur elite bergaransi. Warungnya hanya merupakan ruang tamu rumahnya yang sederhana. Sudah berdinding tembok, namun masih berlantai ubin. Jika kukatakan aku adalah pelanggan setia warung cukur Kang Abu, aku tidak berbohong. Sejak aku mengenal warung cukurnya 5 tahun silam, aku tidak pernah cukur di tempat lain selain di warung kang Abu. 

Warung kang Abu memiliki kelebihan yang hanya diketahui pelanggannya, karena memang tidak diumumkan. Kelebihan pertama dari warung ini adalah tukang cukurnya, kang Abu itu sendiri. Dia orang yang sederhana, sudah banyak beruban. Badannya pendek namun tegap, gerakannya sigap, tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa ia sudah tua. Ia dapat menyelesaikan cukur rambut dengan cepat. Tentu saja dengan lambat juga bisa, tergantung pesanan. Kelebihan kang Abu dibanding pencukur rambut yang lain adalah dia merupakan pendengar yang baik bagi pelanggannya. Warung cukur kang Abu memiliki pelayanan 'curhat' bagi pelanggannya, tentang apapun. Pelayanan inilah yang menjadi kelebihan warung cukur Kang Abu. Itu pula sebabnya pelanggan warung cukur ini selalu tetap. Bukan karena hasil cukurannya buruk, melainkan karena semua pelanggan enggan membagi porsi cukurnya dengan orang lain. Jika pelanggan kang Abu tidak bertambah, maka masih ada waktu cukup untuk mereka curhat. Namun entah mengapa seperti yang aku bilang, pelanggan kang Abu semakin bertambah. Hal ini tentu saja mengancam pelanggan-pelanggan lama sepertiku. Walau telah lama menjadi pelanggan kang Abu, ia tak akan pilih kasih. Pelanggan yang datang duluan, akan dilayani duluan. Tidak ada sistem pesan tempat, jika ada, sudah kugunakan layanan itu dari kemarin. Alhasil aku harus menunggu warung kang Abu buka. Aku menunggu di luar warung 10 menit yang lalu. Belum ada pelanggan lain. Satu keuntungan bagiku. Tentu saja, biasanya laki-laki pergi bekerja jam segini. Inipun aku sengaja bolos kuliah pagi demi cukur rambut.

Sejujurnya, tentu bukan cukur rambut alasanku datang ke warung kang Abu. Seperti juga pelanggan-pelanggan yang lain, kami cukur karena ingin curhat. Aku masih bertanya-tanya, kenapa kang Abu tidak buka kedai konsultasi saja sekalian? Kerja cukurnya sebagai sampingan.Biasanya, kang Abu akan duduk di kursi dekat pintu menunggu pelanggan datang. Pagi ini tidak, karena ia melihatku berjalan mendekat. Sengaja aku tidak menunggu di depan pintu sejak 10 menit yang lalu. Aku tidak ingin mengganggu ritual paginya menyiapkan peralatan cukur, jadi aku menunggu di angkringan seberang jalan sambil minum kopi.

"Wah, gasik sekali, mas!" Sapa kang Abu ramah.
"Iya, kang! Butuh cukur." Jawabku.

Walau dari umurnya ia lebih pantas dipanggil pak, aku memanggilnya kang. Sudah julukan. Sekali dipanggil kang, sampai tua tetap dipanggil kang. Seperti mbak Darmi penjual sayur keliling, semua orang memanggilnya mbak, dari orang tua hingga anak-anak. Sudah julukan.

"Ya mangga, duduk dulu. Saya buatkan coklat panas." Ini satu lagi kelebihan warung ini, ada minuman gratis, coklat. Pernah aku bertanya, "Mengapa coklat, bukan yang lain?". Dia cuma menjawab, "Biar tenang". Dia paham betul semua pelanggannya sedang butuh curhat, selain potong rambut tentunya. Maka jika kau edarkan pandangan ke sekililing ruangan, kau cuma akan mendapati satu meja cukur dan kursi, selain itu peralatan cukur.

Kang Abu cuma menyediakan satu tempat untuk satu pelanggan. Jika pelanggan lain datang, maka dipersilahkan menunggu di luar sambil minum coklat. Privasi, itu yang selalu dijaganya. Keuntungan curhat pada Kang Abu adalah, ia dapat dipercaya. Aslinya memang tidak banyak bicara. Bicara seperlunya saja. Ia sering punya solusi untuk masalah pelanggan, dan saat ia tak punya solusi, ia punya senyum dan segelas coklat tambahan. Semua pelanggan sudah paham.

"Mau dicukur bagaimana?" tanyanya.
"Biasa aja, kang." jawabku.

Ketika kang Abu baru memulai cukurnya, seorang bapak menyelonong masuk.
"Kang, boleh saya duluan yang cukur?" Terlihat tergesa, terlihat panik.
"Izinnya ke mas Andi ini, saya cuma tugas nyukur." Kata kang Abu sambil tersenyum.

Lalu bapak itu memandangku, ragu. Sepertinya segan. 
"Silahkan, pak. Saya bisa menunda." Bukan basa basi, memang bisa menunda.

Aku cuma hendak curhat tentang pasangan hidup. Sepertinya si bapak sedang sangat butuh solusi."Terimakasih banyak ya, dik. Terimakasih.. terimakasih.." Bapak itu terus menerus berterima kasih."Iya, pak. Nggak apa-apa. Saya nunggu di luar ya, kang!" kataku seraya berjalan menuju pintu. Lalu sekali lagi si bapak mengucap terimakasih. Kang Abu lagi-lagi cuma tersenyum.

Sekitar 10 menit bapak itu cukur. Lalu tibalah giliranku. Wajahnya sudah cukup tenang, walau mimiknya masih serius. Saat berpapasan, dia kembali berterimakasih padaku, dan aku menjawab dengan jawaban yang standar, "Sama-sama."Bapak itupun berlalu."Nah, saya lanjutkan lagi nyukurnya.", ucap kang Abu setelah aku duduk di kursi dan dipakaikan kain penutup. Sebenarnya, aku pingin sekali tanya tentang masalah bapak tadi, tapi tentu saja tidak mungkin. Kang Abu tidak mungkin mau cerita.

Guntingan kedua di rambutku, dan aku mulai bercerita tentang kegalauanku memilih pasangan. Ceritaku tak lama, dan sudah tak terlalu mendramatisir karena sudah cukup tenang. Efek coklat? Mungkin. Sugesti? Mungkin juga. Karena kali ini aku mendapat jawaban dari curhatku, aku tidak dapat tambahan coklat, tapi aku tetap dapat senyuman kang Abu.

Setelah pamit, aku berjalan pulang ke kos. Tentang masalahku, sudah ada solusi. Sudah tenang. Justru aku kepikiran tentang bapak tadi. Masalah apa yang membuatnya begitu terburu-buru? Jika dipikir-pikir, wajahnya cukup familiar.

******************************************************************
Kurebahkan badan di kamar kos sore ini. Sekarang sudah benar-benar lega, sudah jelas keputusanku tentang pasangan hidup. Kuambil koran kemarin yang belum jadi kubaca. Mataku tertuju pada satu artikel. Sontak aku memandang foto yang jelas terpampang.

Aku terduduk. Aku ingat bapak tadi! Dia pengusaha yang akhir-akhir ini sering disebut namanya karena perusahaannya terancam bangkrut. Aku terkesima dengan ketenaran kang Abu. Jaringan pelanggannya luas.

"Kenaikan dolar saat ini memang mengancam perusahaan saya. Tapi saya masih berusaha menanganinya."

Kubaca artikel tersebut, tapi tetap tidak menjawab pertanyaanku, mengapa dia konsultasi pada kang Abu? Apa masalahnya?Hari menginjak malam, masih terlalu dini untuk tidur. Aku pun memilih online. Masih penasaran, kucari nama pengusaha tadi di search engine. Kutelusuri, yang ada hanya kisah-kisah tentang usahanya. Ternyata dia sudah cukup sering diberitakan, dari yang hangat bulan-bulan lal karena kesuksesannya, hingga yang baru-baru ini karena perusahaannya terancam. Aku masih penasaran. Rasanya tidak mungkin seorang pengusaha meminta solusi bagaimana memperbaiki perusahaan pada kang Abu. Lalu kutemukan alamat twitternya. Aku mencoba bertanya. Ku follow, lalu kukirimkan Direct Message. Tidak yakin dia akan menjawabnya. Seharusnya aku kirim email saja. Ah, tapi berlebihan. Hingga larut malam aku menunggu dan dia tetap tidak menjawab. Sialnya, kebiasaanku adalah tidak bisa tidur saat penasaran. Alhasil, aku terbangun hingga pagi menunggu balasan dari bapak itu. Sangsi sebenarnya mentionku akan dibalas, tapi aku tetap menunggu. Kubaca buku filsafat ilmu sambil menunggu, berharap mengantuk. Nyatanya tidak.

Beberapa jam berlalu. Aku cek twitter, tidak ada jawaban. Ah, sudah pukul 2 pagi! Mungkin sebaiknya aku pergi ambil wudhu. Shalat malam. Salah satu solusi dari beberapa solusi yang ditawarkan kang Abu. Selesai shalat, kembali kupantengi twitter. Susah memang menahan penasaran.

Hei! Ada balasan! Buru-buru kubaca balasannya. Ia mengirimkan sebuah link yang menggiringku pada sebuah catatan.

Kepada dik Andi yang penasaran akan saya. Sesungguhnya saya tak ingin banyak bercerita.  Hanya karena saya masih berterimakasih pada anda, makanya saya ceritakan sedikit. Bukan masalah perusahaan yang saya khawatirkan, tapi masalah janji. Janji saya pada orang tua saya bahwa saya tidak akan pulang ke rumah hingga saya sukses merajai pasar Indonesia. Karena janji saya ini, saya jadi nelangsa karena tidak pulang saat ibu saya meninggal. Jika perusahaan saya bangkrut, saya terancam tidak dapat pulang selamanya. Ketakutan itu membayangi saya. Saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Ayah saya sudah tua. bahkan saya tak tahu keadaannya.

Dengan perasaan campur aduk, hari ini saya pulang. Lalu saya bertemu dengan anda. Ayah saya hanya berkata, "Seorang lelaki tidak melanggar janjinya. Hari ini, kau adalah pelangganku. Anakku akan pulang jika sudah sukses merajai pasar Indonesia." Ia menganggap saya pelanggan hari ini, bukan anak. Maka saya tidak boleh pulang hingga aku sukses. Saya menceritakan ini semata-mata karena rasa terimakasih dan kepercayaan saya.

Aku tetap tidak percaya walau kubaca berulang-ulang postingan itu. Aku semakin tidak bisa tidur, hingga adzan subuh berkumandang. Aku shalat.

Pukul 9 tepat aku kembali ke warung kang Abu. Dia tersenyum menyambutku.

"Potongannya salah?" tanyanya.
"Tidak, kang. Mau merapikan sedikit rambut depan." Sebenarnya tidak, aku ingin bertanya.

Ada yang lain saat memasuki warung cukur kang Abu. Ada kursi goyang, berwarna cokelat dengan ukiran naga di kaki kursinya.

"Baru, kang?" tanyaku.
"Itu hadiah dari anakku."
"Hooo..." Lalu aku terdiam. Tak bisa bertanya apapun. Tidak cerita apapun. Hanya diam. Kang Abu pun diam.
"Sudah selesai." Katanya sambil berlalu menuju dapur. dan akupun mendapat segelas lagi coklat panas gratis.

============================

nb. Ini cerpen oneshot, pernah aku share di facebook pribadiku. Bikinnya abis maghrib smp pukul 20.47. 
Aku membuat tantangan untuk diriku sendiri: Mencoba membuat cerpen dari judulnya dulu. Masih terasa ada yang mengganjal. Mangga teman2 memberi masukan, mungkin tau apa yg kurang sedap. Terimakasih~

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

[Semacam Review Buku] Ketika Orang Tua Tak Lagi Dihormati

Diposting oleh Camelia di Kamis, Februari 06, 2014 0 komentar
Tiba-tiba ingat dengan buku lamaku. Buku nonfiksi kedua yang kumiliki. Judulnya Ketika Orang Tua Tak Lagi Dihormati karangan H. A. Fulex Bisyri. Sebenernya ini bukan review. Ini hanya kata-kata yang aku suka dari buku itu.

ini salah satu isi dalam buku tersebut, 
ikhwan: lelaki muslim
akhwat: wanita muslim

Cerita Ibu tentang Ikhwan Sejati
Seorang remaja pria bertanya pada ibunya
Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati
Sang ibu tersenyum dan menjawab,
"Ikhwan sejati bukan dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat kerja, tapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari kerasnya pukulan, tapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari dadanya yang bidang, tapi dari hati yang ada di balik itu.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tapi dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya menjalani lika-liku kehidupan.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca Al-Qur'an, tapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang dia baca."

Setelah itu ia bertanya, "Siapakah yang dapat memenuhi kriteria itu, Ibu?"
Sang ibu memberinya buku dan berkata,  "Pelajari tentang dia"
Ia pun mengambil buku itu, MUHAMMAD judul yang tertulis di buku itu.

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

 

Bunga Rumput Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei