Jumat, 28 Desember 2012

Hello, Sunshine?

Diposting oleh Camelia di Jumat, Desember 28, 2012 0 komentar

       Rasaku mulai memudar. Kemampuan menulisku menumpul. Akan kuasah lagi. Mula-mula dengan menulis diari. Aku sudah lelah menulis diari di buku diari. Entah kenapa. Sekarangpun aku tak tahu mau menulis apa. Hmm.. seminggu aku menjadi pecundang. Terbawa mood, melayang-layang. Tak sadar, hingga kemarin aku tahu telah melewatkan hal penting, ujian!. Benar-benar merasa jadi pecundang. Kenapa aku bisa melewatkan ujian? Kenapa aku nggak lihat jadwal lagi? Bukankah aku pernah mendapati hal yang sejenis? Kenapa aku nggak belajar dari pengalaman?  Bukankah keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama? Apa aku lebih bodoh dari keledai? Bilang mencari jawaban, nyatanya aku tidak bergerak. Masih di tempat yang sama. Aku berjalan tanpa tujuan. Tak tahu  kemana melangkah. Aku merasa buta. Merasa hatiku semakin ... entahlah, keras? Ah, jangan. Aku masih ingin malu. Aku masih ingin mau. Aku masih ingin berkeringat. Aku masih ingin tertawa. Aku bahkan sangat ingin menangis. Kegagalan itu awal kesuksesan. Tapi.. sampai kapan aku akan gagal? Ternyata hatiku tak sekuat itu. 
      Aku harus mengencangkan baut di hatiku. Mengganti tautan yang aus dan memberinya warna yang berbeda. Aku yakin masih ada harapan. Karena ternyata aku masih bisa merasa.
Aku tau sebenarnya kegagalan itu aku ciptakan sendiri. Aku tau seharusnya aku mencari motivasiku sendiri. Tapi hingga saat ini aku hanya diam. Motivasi pun aku tak punya. Aku ingin menulis bukan untuk apa-apa, hanya karena inilah satu-satunya hal yang kubisa. Namun ternyata menulis tanpa motivasi pun terasa jengah.
Aku tak mau diriku ada dalam posisi seperti ini. Aku tau semua teori tapi memilih bersikap skeptis. Ketika asa baru muncul, logikaku membawaku untuk pesimis. The bad news is time flies, the good news is you’re the pilot. Aku tau dan paham akulah pilotnya. Tapi..
Terlalu banyak tapi, terlalu banyak alasan, terlalu sering bersembunyi. Semangat itu muncul dari dirimu, kamulah yang harus berubah! Hmm.. hanya senyum sinis yang kutemui di ujung bibirku. Apa aku sudah tidak percaya lagi akan kesuksesan? Apa aku sudah tak tahan dengan kegagalan?
Kesuksesan bukan dilihat dari seberapa sering kamu gagal, tapi dari seberapa banyak kamu bangkit kembali. I know, i got it. Hanya saja aku sudah terlalu lelah untuk gagal. Perputaran itu terus berulang. Gagal-bangkit-semangat-berusaha-gagal. Begitu terus hingga aku bosan. Lalu kapan ujungnya akan ‘sukses’?
Terkadang aku lebih suka bermimpi. Karena dalam mimpi aku bisa menjadi apapun. Harapan menjadi sangat tinggi dan kesuksesan terasa sangat dekat. Kadang menjadi malas bangun. Haha.. tidak, aku masih tetap bangun. Aku masih ingin hidup. Mungkin satu-satunya motivasi yang aku miliki adalah untuk tetap hidup. Aku memang banyak mengeluh. Tapi aku ingin tetap hidup.
Di sudut hatiku, masih tersisa secuil harapan yang terus memanggilku kembali. Kembali untuk bertahan hidup. Kembali bersemangat. Kembali mengulang kegagalanku. Karena dengan hidup mungkin aku akan bertemu harapan lain yang bisa kutanamkan dalam hatiku. Menemani secuil harapan yang sudah ada. Mungkin dengan bertahan hidup aku bisa bertemu apa yang aku impikan. Karena dengan hidup, aku masih bisa merasa.
Duduk di tepi perempatan jalan. Bukan, bukan.. bukan mencari inspirasi. Bukan ngamen apalagi mengemis. Aku hanya sedang duduk. Tidak ada yang spesial dari sekedar duduk. Memang. Tapi izinkanlah aku bercerita saja.
Aku sedang duduk. Tanpa alas apapun. Memandangi sibuknya Jogja dan lalu lalangnya mobil mewah. Aku masih duduk, menerawang. Dan malam semakin gelap. Terlihat di seberang jalan seorang tua menunggui dagangannya sambil tertidur. Terlihat seperti sangat berharga. Di mataku seperti tak seberapa.
Hingga sekali lagi kata-kata sial terngiang di telingaku. Kata-kata yang selalu membuatku mau-maunya gagal lagi . Benar-benar kata sial! Past doesn’t equal the future. It doesn’t matter you failed yesterday or all day today, what matters is what are you going to do right now?
Sialnya, sekali lagi aku percaya bahwa aku perlu memeluk mimpiku. Terus menulis hingga jatuh tertidur. Menganggapnya berharga walau di mata lain tak berharga. Ternyata aku masih bisa merasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

 

Bunga Rumput Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei