Rabu, 24 Desember 2008

The Miracle of Ant

Diposting oleh Camelia di Rabu, Desember 24, 2008 0 komentar
Alam semesta beserta keharmonisan strukturnya adalah bukti kebesaran Allah bagi orang-orang yang berfikir. Amati sekujur tubuhmu, tanganmu, dan sidik jarimu yang pasti berbeda dengan orang lain. Sebenarnya jika kita tak sombong untuk mengkaji sekitar kita, maka tak akan kita rasakan kecuali perasaan kecil di hadapan Sang Kuasa Alam.
Fren, tau semut, kan? Ternyata benar kata Allah bahwa tidak ada yang diciptakan-Nya secara sia-sia. Semut, hewan yang sering disepelekan. Bahkan dibunuh karena dianggap mengganggu. Apa sih sebenarnya keunggulan semut, sampai-sampai Allah mengkhususkannya dalam surat An-Naml? Sebelum mengkaji lebih jauh mari kita dengar pernyataan Caryle P. Haskins, Ph.D., kepala Institut Carnegie di Washington:
Setelah 60 tahun mengamati dan mengkaji, saya masih takjub melihat betapa canggihnya perilaku sosial semut…..semut merupakan model yang indah untuk kita gunakan dalam mempelajari akar perilaku hewan. (National Geographic, vol. 165, no. 6 hlm.775/ Pustaka sains populer islami hlm. 5)
Banyak ilmuan yang meniliti kehidupan semut selama bertahun-tahun tetap tak mempu menerangkan perilaku sosial semut yang begitu maju. Semut hidup berkoloni dan memiliki pembagian kerja yang sempurna. Mereka mempunyai rasa rela berkorban dan kegotong-royongan yang tinggi. Seperti spesies semut Formica yesensis, yang hidup di Afrika. Koloni semut ini tinggal di 45.000 sarang yang saling berhubungan dalam wilayanh 2,7 kilometer persegi. Koloni dinamai "Koloni Super", karena memiliki 1.080.000 ratu dam 306.000.000 pekerja. Wow! Menakjubkan!!
Semut memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Tapi, mereka dapat hidup secara tertib berdampingan. Padahal, semut jelas tak punya akal dan dalam kehidupan mereka tidak ada polosi, satpam, maupun hansip.
Sarang semut juga sangat ideal. Masa lubang-lubang kecil dibilang ideal? Eits, jangan salah, sarang semut punya banyak ruang loh! Simak dulu keterangan berikut:
@ Ruang kaca: ruangan ini menghadap selatan. Dalam ruang ini, telur dari ratu menjadi matang. Suhu ruangan 38 C.
@ Pintu-pintu luar dijaga oleh para semut penjaga. Bagi yang ingin masuk sarang, harus mengucapkan salam sesuai irama kelompok. Jika tak bisa atau lupa, maka tidak ada ampun, semut itu akan dihabisi tanpa toleransi.
@ Ruang perawatan larva: Semut perawat mengunakan air liurnya yang bersifat antibiotik unutk melindungi semut bayi dari penyakit.
@ Ruang musim dingin: Semut yang sedang hibernisas, menghabiskan musim dinginnya di ruangan ini.
@ Departemen pemanas sentral: Mencampur potongan daun dan rantig di sini menghasilkan panas tertentu. Ini menjaga suhu antara 20 C dan 30 C.
@ Ruang Bangsawan: tempat Ibu ratu menelurkan telurnya di sini.
Masih banyak lagi ruangan lain yang lebih rumit. Sekarang kita beralih ke komunikasi semut, yuk? Fren, yang kita tahu, semut itu rukun banget. Sampai-sampai setiap bertemu selalu bersalaman satu sama lain. Benarkah begitu? Dalam artikel di National Geo-graphic, dijelaskan:
Dalam kepala semut terdapat organ-organ indra majemuk, besa dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan kimiawi yang vital bagi koloni, yang mungkin terdiri atss sejuta lebih pekerja yang semuanya betina. Otaknya mengandung setengah juta sel syaraf; matanya majemuk, antenanyaberfungsi sebagai hidung dan ujung jari. Tonjolan di bawah mulut menjadi indera pengecap; bulu menjadi indera peraba. (vol.165, no. 6 hlm.777)
Bener-bener! Sistem komunikasi mereka membuat kita, manusia yang berakal budi kagum pada 500.000 sel syaraf yang termuat dalam tubuh mereka yang hanya 2 sampai 3 milimeter saja.
Fren, faktanya, ketika mereka saling bertukar salam saat berpapasan, mereka saling bertukar informasi. Pertama semut pencari pergi ke sumber makanan, lalu mereka memanggil teman-temannya dengan cairan yang bernama feromon. Komunikasi antar semut memakai isyarat kimia berupa bau dan rasa, suhu sarang selalu stabil, tiap koloni punya password sendiri-sendiri. Siapa yang mengajari, ya? Siapa yang menyuruh membuat bahan kimia? Apa mereka punya guru? Atau faktor genetika? Atau malah hasil volusi secara kebetulan tentu saja tidak! Begitu rumit dan teraturnya kehidupan semut menandakan bahwa mereka diberi wahyu dan perintah. Ingat, mereka kan tak berakal! Siapa lagi yang mewahyukan selain Allah?
Wah ternyata banyak hal menakjubkan yang belum kita ketahui, ya? So, teruslah belajar dan mengkaji ilmu Allah. Biar jadi umat yang ulul albab.Kita masih bodoh bukan? Wallahu a'lam bishowab………….

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

aL-kISAH.....

Diposting oleh Camelia di Rabu, Desember 24, 2008 1 komentar
Suatu hari, ketika Rasulullah akan wafat, beliau mengumpulkan para sahabat dan b'rtanya pada sahabat-sahabatnya, siapakah yang pernah disakiti dan dilukai oleh beliau boleh meminta ganti pada hari itu. tidak ada seorang pun yang menjawab. dalam hati mereka, Rasulullah yang mereka cintai bahkan tidak pernah melukai mereka, mam mungkin mereka tega menagih sesuatu dari seseorang yang sangat mereka cinta. namun tiba-tiba seorang sahabat berkata,
"saya ya Rasulullah...." kata ia. dia bernama Ukasyah. ia melanjutkan. "Ya, Rasulullah... ketika perang badar, tombakmu pernah melukai tubuhku.Maka, aku ingin membalasnya pada hari ini."
Seketika Abu Bakr dan Umar bin Khatab (InsyaAllah) berdiri dan marah. lalu Rasulullah bersabda, "Wahai shabatku yang mulia, tenanglah, biarkan ia mendapatkan haknya."
maka Rasululah memerintahkan seorang sahabat untuk mengambilkan tombaknya di rumah.
"Ini tombakku Ukasyah, silahkan tunaikan hakmu"
namun, Ukasyah tak kunjung bertindak. ia malah berkata, "Ya Rasul, dulu sewaktu aku terkena, saat itu aku dlm keadaan yang tidak memakai baju."
Serentak Hasan dan Husein, cucu Rasulullah bangkit dan menghunuskan pedang. marah akan kekurang ajaran sahabat Ukasyah. namun Rasulullah berkata, "Cucuku, duduklah...tenang saja, biarkan aku selesaikan hutangku hari ini." lalu Rasulullah melepas bajunya. Terlihatlah kulitnya yang putih bersih dan di punggungnya ada tanda kenabian. semua sahabat menangis, tak tega melihat Sang Rasul pujaan hati diperlakukan sedemikian.

setelah itu...

Ukasyah duduk terjatuh, memeluk Rasulullah seraya menangis. "Wahai Rasul, siapakah kiranya yang tega berlaku demikian pada anda. Demi Allah, aku berlaku demikian hanya karena ingin memelukmu, menyaksikan tanda kenabian di punggungmu. maafkan aku ya Rasul,,,"
Apa reaksi Rasul? beliau menenangkan Ukasyah. tanpa marah. bahkan beliau berdabda, "hai Ukasyah,engkau aalah sahabatku yang baik,". Subhanallah... dan semua sahabat pun tersenyum lega. ditambah gemas juga dengan Ukasyah!

betapa para sahabat dapat mencintai Rasulullah sedemikian. Mencintai beliau dengan ikhlas mardhotillah.
saudaraku, bagaimana dengan kita?


Alkisah, setelah Rasulullah wafat, Bilal Bin Rabah tak pernah mau untuk beradzan. suatu ketika, khalifah memintanya untuk adzan lagi seperti dulu. khalifah meminta berkali-kali.
akhirnya, Bilal pun menyanggupi.

berkumananglah suara Bilal ke segala penjuru,
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah...
Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah...


lalu hening.....

ternyata Bilal pingsan, tak kuat melanjutkan.... Asyhadu anna MUHAMMADAN rasuulullah...

ia bangkit lagi, mencoba lagi untuk adzan....

namun pada lafadz yang sama ia jatuh pingsan lagi.


Bilal tak kuat mengingat Rasul yang ia cintai telah wafat,,,


SUBHANALLAH,,,,
SEPERTI APAKAH RASUL KITA ITU? SEHINGGA PARA SAHABAT MENCINTAINYA DENGAN BEGITU DALAM.

YA ALLAH, SIAPA AKU INI? MENGAPA BELUM BISA MERASAKAN CINTA SEBESAR PARA SAHABAT RASUL YANG MULIA?

ampuni kami ya Allah.... bantu kami mencintai Rasul kami,

Rasul yang mencintai ummatnya hingga akhir hayat.

di akhir nafasnya, beliau sempat menanyakan kabar umatnya sepeninggal beliau.

di akhir lisannya, beliau memanggil kita, "Ummatku...ummatku..."

tetes air mata tak mampu menggambarkan betapa sedih hati ini. betapa cinta Rasul pada kita. namun kadang mengingatnya saja kita alpa, menjalankan sunnahnya nanti saja. kita tunda diri kita untuk merangkak untuk mencintai Rasulullah....

Allah, sungguh kami ingin mencintai Rasul tercintaMu, Muhammad SAW...
hanya kami belum mampu, tuntun kami ya Allah....

izinkanlah kami bertemu seseorang yang sangat kami Rindu...

Ya Allah, kumpulkan kami bersama beliau..... Amien
Wallahu a'lam bi ash-showab....

note: saudaraku, maaf jika da kesalahan redaksi. tak perlu percaya detail kata yang saya tulis. yang terpnting adalah mengambil hikmah sedalam-dalamnya.
wassalamu'alaikum.....

1 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

MIMPI DI ATAS MIMPI

Diposting oleh Camelia di Rabu, Desember 24, 2008 0 komentar
"Braakk!" Kulemparkan tas ransel ke kursi meja belajarku. Kuhempaskan badan ke kasur kostku yang keras.
"Asli! Aku lagi bete' berat hari ini. Uangku habis! Soalnya keasyikan mejeng, shoping di Matahari Magelang yang lagi Jumbo Sale! Sebenarnya kalau uang itu uang jajanku sih, nggak papa. But, itu uang buat bayar kost dan semeater. Utang banyak, semester belum bayar, apalagi uang kost, uuh…, sebel!" Aku marah-marah sendiri di depan cermin.
Suasana pink di kamar kostku tak mampu mengusir rasa bingung ini. Sebenarnya kamar ini kutempati bersama mbak Riri, kakak kelasku di SMA dulu. Bahkan, sekarang kami juga seuniversitas. Kami sama-sama penggemar pink yang sudah nggak punya ibu, dan sama-sama orang tak mampu. Hanya dia lebih sederhana dan mandiri daripada aku, yang masih nodong bapak jika butuh sesuatu. Aku malu, tapi tak dapat kutahan hasratku untuk shoping!
"Aduh…huh, ngapain, sih Matahari pake' Jumbo Sale segala? Nggak tahu apa kalau pembayaran semesterku tinggal dua hari lagi?" Terlontarlah pertanyaan konyol dari mulutku.
"Bu Darmi pasti marah-marah kalau aku nunggak kost lagi. Aku emang boros, tapi shoping enak juga, sih…., au ah..!" Kubanting tubuhku ke kasur. Kurebahka badan dan mencoba tenangkan diri. Kutarik nafas dalam-dalam untuk mengurang gelisah. Walaupun sangat sulit tidur dalam kondisi kacau, akhirnya ku merasa mataku berat, dan……zzzzzzzzz.

*********

"Dek, dek Nita? Bangun, dek..udah sore!" Suara lembut itu menghancurkan mimpiku. Siapa, sich?
"Ayo, dong dek? Waktu maghrib hampir tiba, loh!" Apa? Sholat maghrib? Ah…males, tapi kucoba membuka mata.
"Apa mbak?' Tanyaku pada mbak Riri.
"Cepet bangun, mandi, terus persiapan sholat, gih! Mbak tunggu, deh…." Ia menawarkan jasa.
"Shulat apa, mbak?" Tanyaku konyol.
"Ya sholat maghrib, lah! Nyadar neng, ini udah petang!" Dia sewot.
"Males, mbak!"
"Apa?" Dia sewot lagi.
"Iya,deh." Aku nyerah alias males mendengar berbagai omelannya yang biasanya Cuma kutumpanglewatkan.
"Ayo, dong! Duduk terus, udah jam setengah enam, nih!"
"All right, all right! Don't angry!" Jwabku ketus.
Ya udah, cepetan! Mbak tunggu di teras, nati kita sholat di Mushola kampung aja, ada khitobahnya pak Mansur!" Katanya sambil berlalu. Aku males bangun, tapi kupaksa bangun juga.
"Eeuuuahh….." Kuarahkan tanganku meninju udra. Terdengar gemeutuk tulangku. Nikmat. Segera kuambil air wudhu, segaaarr..Aku terdiam sebentar dan segera kuganti jeans dan T-shirt pendekku denga baju musli yang jarang kupakai. Kupakai cologne, biar nggak ketahuan kalau belum mandi. Kupatutkan mukena dan kuhampiri Mbak Riri di teras depan.
""Iiihhh…., wangi banget, sih! Bikin pusing, muslimah itu kalau……...,"
"Ayo mbak, ntar keburu iqomah!" Kataku sambil kutarik dia, males ndegerin ceramah terus.
***************

"Ingat! Jangan sampai kita mendurhakai orang tua kita, dengan perbuatan yang dapat mengecewakan mereka, perbuatan buruk menurut ajaran islam!" Teriakan Daiyah yang berapi-api itu membangunkanku dari tidur. Memang yang namanya pengajian selalu kuhiasi dengan tidur. Kudengar lagi suara daiyah itu, kini intonasinya semakin melambat, membuat mataku ingin bercumbu kembali. Tapi mendadak suara daiyah tadi, terngiang-ngiang di telingaku, lemah…keras…bertambah keras….semakin keras….kerass!! dan kembali melemah. Tiba-tiba kurasa kepalaku pusing. Nanar kupandangi jibaber-jilbaber di depanku. Kuamati bibir daiyah di atas mimbar. Entah apa yang dikatakannya tak terdengar olehku. Ngiangan larangan tadi, terdengar lebih keras di telingaku, bahkan memekakkan telinga. Hingga pengajian bubar, suara itu tak kunjung henti.
Kepalaku yang pening, membuatku hanya menunduk menelanjangi jalan. Pertanyaan mbak Riri hanya kujawab dengan diam. Hingga tiba di tempat kostku, masih dalam diam, aku melenggang masuk ke kamar dan menumpahkan semuanya…semuanya….
******************************************

Rimbun pohon beringin di depan kostku, gagal menghapus gulana yang tengah menari di kalbuku.
"Tok, tok, tok.."
"Siapa?"
"Cindy" Jawabnya.
"Ada apa?"
"Nggak, tadi lewat, jadi sekalian mampir. Eh, minggu depan jadi shoping lagi kan?" Tanyanya menohokku.
"Entahlah,"
"Loh, kan kamu udah janji mau nemenin aku shoping!"
"Ehm, Cin aku lagi sutuk, nih, Please tinggalin aku sendiri!"
"Ngusir, bih?"
"Cin, please…!"
"Oke, tapi beok tetap kujemput kamu jam delapan tepat!"
Shoping lagi, shoping lagi. Pikirku. Mengingatnya aku kembali galau. Aku anak durhakakah? Aku anak durhaka, kecamku dalam hati. Aku menangis….lama hingga mataku berat dan gelap, semua menjadi kelam.
*************************************

"Aaaahhh….tolong, tolong! Au..akh..!'
"Dek, dek Nita! Bangun! Kenapa, sih?"
"Akhh…..!" Aku melompat duduk dengan tiba-tiba. Jantungku berdegup kencang, kencang…sekali. Kepalaku terasa pening, berdenyut-denyut. Seakan ingin merusakkan implus syarafdi otakku.
"Nih, dek minum dulu!" Seseorang menyodorkan segelas air. Aku memang haus sekali. Kuteguk air itu hingga habis. Ludes.
"Nah, istirahatlah, badanmu panas sekali,"
"Iya, mungkin kamu demam, tidur ya?" Kata mbak Riri seraya menyelimutiku
**********************************

Kurasakan tubuhku diguncang-guncangkan keras, dan kasar. Siapa gerangan? Perlahan kubuka mataku yang kelelahan. Cindy! Dia yang membangunkanku.
Segera kusibakkan selimut dan aku duduk. Kudapati kesunyian dan seraut wajah yang kaku.
"Hai, cin? Kamu kenapa, sih? Kok,jutek amat!" Tanyaku melumerkan suasana. Tapi Cindy tetap bergeming.
"Ngapain? Mo' ngajakin shoping? Masih minggu depan, kan?" Aku tak tahan dengan kebisuan ini.
Tak disangka, tiba-tiba dia menarik tanganku, kasar.
"Eh…,eh? Mau kemana, nih? Hai Cin? Sakit, nih! Jangan tarik-tarik!" Aku dongkol.
Ocehanku tak digubrisnya, ia terus menarikku, menarikku hingga tiba di suatu tempat yang sepi. Ia memaksaku berjalan, aku meronta-ronta tanda tak mau. Dia menarikku hingga mulut jurang yang dalam, dalaaam sekali.Gelap.
"Mau apa kamu, Cin? Sadar nggak, sih?" Kataku panik. Dia tersenyum sinis seraya memegang bahuku, hendak mendorongku yang tengah membelakangi jurang.
"Cin, Cindy jangan, dong, ini aku Nita!" Aku mencoba menyadarkannya tapi terlambat. Aku jatuh.
"Aaah….Cin..dy…" Suaraku tertelan pekat.
"Hahahaha…huahaha…" Dia tertawa. Cindy? Diakah itu?
Aku melayang-layang dalam gelap, serasa tubuhku bagai kapas, ringan.
"Bummb….!"
Tubuhku mendarat di tanah yang lembab, dingin. Tulang-tulangku serasa dilolosi satu-satu, lemas sekali.
Aku meringsut bagai orang pincang. Seakan-akan Gununng Merapi dipindahkan ke kakiku. Dengan susah payah kuseret kakiku yang seakan lumpuh.
"Apakah seberat ini dosaku, Allah?"
ALLAH. Ya…aku selalu melupakanNya. Terlena dengan dunia. Ya..Allah maafkan hamba, ibadah hamba hanya karena suruhan mbak Riri, perbuetannku hanya untuk dipuji, akh…aku janji ya Allah, akan bertaubat, dan Allah… bukalah pintu maafMu.
Sambil terus beringsut, aku merenung, menghayalkan apa yang akan terjadi pada diriku di loronh panjang yang seakan tak berujung ini. Hai apa, itu? Cahaya? Aku sudah mendekati cahaya! Aku bebas, aku akan bebas. Semangatku timbul berlipat-lipat. Dan akupun semakin dekat…dekat…dekat…dan ah, aku keluar!
Tapi janggal! Janggal sekali! Apa ini? Aku seperti menembus lorong waktu kembali ke masa lalu. Yang ada di depan mataku adalah hamparan desa dipinggiran kota Temanggung. Seperti hanya sketsa atau kilasan gambar. Bagai film bioskop atau bahka fatamorgana. Entahlah, yang kulihat saat ini , hamparan sawah dengan nyiur yang melambai indah. Pandanganku seperti diatur untuk melihatnya. Seperti dikendalikan tapi bukan oleh otakku. Entah siapa aku tak tahu.
Kakiku seperti dihela oleh sesuatu yang tak pasti yang terus-meners mendorong ragaku. Mengantarkan kakiku ke tepi sungai dengan rumah kayu di sampingnya. Aku mengenalnya. Itu…rumahku dulu!
Mendadak langkahku terhnti. Kaku! Aku tak bisa berjalan. Seperti dipaksa melihat adegan tonil di depanku. Entah nyata, entah bukan.
Kulihat seorang gadis kecil lima tahun-an keluar dari rumahku. Siapa dia?
" Mamak….Iit mandi dulu, ya?" Gadis kecil itu berbicara. Ia bernama Iit, bukankah itu aku?
"Mandi di kali, nduk?" Seorang wanita keluar dari rumah itu. Berkebaya dengan selendang lusuh melingkari kepalanya. Itu..itu…ibuku. Ya! Itu mamak!
"Iya," jawab gadis itu dan langsung mencebur ke sungai. Kutangkap seulas senyumnya penuh kasuh sebelum masuk rumah.
Iit yang lugu, telah kuhapus dari memoriku semenjak menjadi orang kota. Iit kecil itu, telah mengingatkanku kembali. Dan.. mamak? Oh, mamak ingin kuberlari mengejar bayangmu tapi kakiku kaku. Ingin kuraih engkau dan kupeluk, tapi tanganku beku. Ingin kumenangis, bersimpuh, tapi ku tak mampu. Mamak….
BETTHH…….! Seperti layar yang digulung, ganbar berganti suasana di RSUD Temanggung. Di suatu kamar berbaring seorang ibu di samping suami dan anaknay. Aku pernah mengalami ini, ini..detik-detik wafatnya mamak.
"Nduk, kalau mamak mati, jangan nakal, ya? Jangan bikin bapak repot!" Suara lembut itu kembali terngiang di telingaku.
"Mak,mak, nggak boleh, mak! Hu..hu..hiks..hiks.." Jeritan itu kembali tersusun dalam memoriku.
Mamak membelai rambutku mesra, lembut. Mak, kurasakan kehangatanmu. Bersamaan dengan itu, mamak memejamkan mata, menghembuskan nafas terakhirnya.
"Mamak…….." Rintihku
Bruuk, kini aku bisa bersimpuh, kakiku tak lagi kaku. Aku sedih, sedih…sekali.
"Mamak maafkan Nita, bapak maafkan nita….."
Lalu gambar itu berubah di pemakaman dan tampil gadis yang tengah berpesta! Menghambur-hamburkan uang! Aku! Itu aku, aku durhaka kah?
*****************************************
"Tidak, tidak, aku tidak durhaka, aku tak mau, bapak, mamak, maafin Nita, jangan hukum Nita, aku tak mau durhaka! Tidak…..tidakkk……!"
"Hos, hos, hos, hah, hah…" Nfasku tersengal-sengal, ngos-ngosan. Aku terbangun, mataku melotot. Ah…aku mimpi. Suasana kamarku sepi, mana mbak Riri? Yang kudengar hanya lagu Ebiet G.Ad yang terdengar samar dari rumah tetangga.
Barangkali, di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga, kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Kurenungi lagu itu. Ya, aku merindukan cinta, cinta hakikimu ya Robb, bukan hanya cinta semu yang ditawarkan oleh dunia. Aku akan bertaubat, akan kuubah jalan hidupku. Akan benar-benar kuubah bukan hanya menjadi mimpi. Yah, nyata!
"Cklek, nyit.." Suara pintu terbuka. Mbak Riri.
"Dek, udah sembuh? Katanya selain sakit badan, kamu juga sakit pikiran, ya? Lagi 'kanker', kan?"
"Maksudnya?"
"Kantong kering, nih mbak ada uang lebih, hasil dagangan kemarin, alhamdulillah untung banyak, kamu pakai dulu aja!"
"Tapi…"
'Udahlah, aku masih ada uang, kok!" Aku pun berfikir sebentar.
"Udah, deh nggak usah sungkan!"
"Ehmm…makasih"
"Sama-sama, kita kan saudara?"
Serasa hatiku sejuk. Ya Allah…Kau benar-benar pengasih. Aku akan bertaubat, pasti bisa!
AllahuAkbar…AllahuAkbar…
"Sholat yuk mbak, udah adzan?" Ajakku.
"Ayo!" Sambutnya.
Kurasa, inilah sholat ternikmat dalam hidupku. Hatiku kini lenggang, tak lagi gelisah, tentram. Akan kubuktikan pada dunia, aku buka Nita shopinger, kini aku Nita sholihah, insyaAllah…Ya, aku bisa buktikan, bukan hanya sebuah mimpi dan buaian semata.

Sragen, 11 September 2005

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

ISLAM AGAMAKU

Diposting oleh Camelia di Rabu, Desember 24, 2008 0 komentar

Islam adalah agama yang sempurna dan satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah. Dalam agama islam, banyak hal luhur yang diajarkan. Perilaku-perilaku terpuji adalah ruh yang mewarnai islam dan merupakan sifat wajib bagi pengikutnya. Salah satu sifat yang mendapat perhatian dari Allah adalah adil. Banyak ayat qur'an dan hadits yang menyoroti masalah keadilan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kenyataanya memang kata adil kerap kita dengar dan tak jarang menjadi bahan perbincangan yang hangat. Setiap hari ada saja masyarakat yang menuntut keadilan.

Banyak pakar yang menafsirkan keadilan dengan definisi yang berbeda-beda. Begitu pula masyarakat umum juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam mengenai keadilan. Hal ini menyebabkan makna adil menjadi terkesan relatif. Namun, islam memiliki definisi yang jelas mengenai keadilan.

Keadilan dalam islam, dibahas hingga masalah kedudukan dan fungsinya. Aplikasi adilpun dibahas beserta kaidah dan sangsinya. Adil adalah salah satu sifat yang diwajibkan untuk dimiliki oleh seorang muslim. Bukan doktrinasi melainkan peneguhan idealisme dan jati diri. Menjadi seorang muslim harus mengerti masalah adil dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah saw. Benar-benar teladan yang mulia. Beliau adalah sosok yang meresapi makna adil dan pelaksanaannya dalam kehidupan beliau. Seperti bagaiman beliau selalu menggendong cucu kembarnya, Hasan dan Husein dengan kedua tangannya. Itu hanya satu contoh saja. Contoh lain adalah peristiwa peletakan hajar aswad setelah renovasi ka'bah. Dalam kisah itu tergambar kearifan, kecerdasan dan sifat adil nabi dalam memutuskan perkara. Walhasil, tidak ada komplain dari setiap kepala suku. Semua mendapatkan haknya dan tidak merasa disisihkan atau diperlakukan tidak adil. Dengan ditegakkannya keadilan, semua akan hidup rukun, aman, dan harmonis. Wallahu a'lam bishawab……..

0 komentar:

Posting Komentar

Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D

 

Bunga Rumput Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei