Fyuhh.. habis selesai berkejaran dengan waktu bikin review
mendekati deadline. Review apa? Jadi intinya, aku ikut even KAMIS REVIEW di Lendabook. Tapi ikutnya mepet deadline.
Biasalah.. saya dan ide saya ini kadang musti ditekan biar cepet keluar. Entah
karena isinya tinggal dikit atau emang masih dikit. Kayaknya masih dikit, biar
bisa diisi lagi (mulai random). Eh, tapi serius lo, kalau isi otak masih dikit,
berarti masih perlu belajar lebih dan lebih banyak lagi biar makin oke.
Baiklah, ini sudah cukup mbleber. Mari kembali ke jalan review.
Alkisah, terdapat sayembara membuat review buku The Naked Traveller, dan tersebutlah
seorang gadis (sebut saja saya), tergiur dengan hadiahnya yaitu INFERNO! Aku
memang penggemar karya Dan Brown, terutama Digital Fortress (masih paling
favorit sampai sekarang). Berbekal kemampuan seadanya, akhirnya jadilah review
alakadarnya tentang buku The Naked Traveller. Tentu saja reviewku belum
mewakili keseluruhan buku ini (namanya juga review), masih banyak kelebihan dan
(mungkin) kekurangan buku yang belum aku sampaikan. Kalau mau baca banyak
review dan lebih lengkap, baca aja di Lendabook.co atau goodreads.
Bersama postingan ini, saya lampirkan (secara tidak langsung) hasil review saya pada event tersebut (ceritanya lagi formal). Baiklah, jadi begini, buku ini adalah kumpulan kisah backpackeran-nya mbak Trinity yang bermula dari blog. Tentu bukan pertama kalinya blog diangkat menjadi sebuah buku. Namun, bisa dikatakan buku ini merupakan pionir buku blog-based yang bergenre travelling.
Buku ini ringan dibaca dan membuat saya cukup membuka mata
(mungkin bagi sebagian besar pembaca juga), bahwa pergi ke luar negeri tidak
perlu harus bermahal-mahal.
Banyak orang yang memimpikan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Tak
terkecuali saya. 'Luar negeri' sempat menjadi impian yang cukup megah karena
sudah dipastikan akan memerlukan biaya yang mahal dan berbagai macam keribetan
bahkan sebelum memulai perjalanan tersebut. Hal inilah yang kemudian dibantah
oleh Trinity melalui buku ini. Bahwa jalan-jalan itu tak selalu mahal. Hanya
saja tentu harus berusaha lebih keras dan menghindari bayangan 'wisata nyaman'.
Kerja keras dalam perjalanan dengan uang pas-pasan inilah yang memunculkan
romansa tersendiri dan menjadikannya pengalaman yang tak terlupakan. Mulailah
kata 'backpacker' menjadi sering diucapkan dan kegiatannya sering dilakukan.
Menurut pengakuannya Trinity, ia sudah berkeliling hampir semua
provinsi di Indonesia serta 33 negara di dunia. Dalam perjalanannya, banyak hal
mengejutkan yang ia jumpai dalam setiap kunjungannya ke berbagai tempat
tersebut. Hal yang unik dari buku ini adalah, Trinity lebih sering membahas
mengenai kejadian-kejadian mengejutkan tersebut daripada mengisahkan obyek
wisata terkenal. Hasilnya, kisah-kisah beliau lebih pada bagaimana
strugglingnya backpacker dan pengalaman seru bin unik dari sebuah perjalanan
nekad, jauh dari kesan turistik. Misalnya, pengalamannya dengan toilet-toilet
di airport atau kejengkelannya karena merasa "ditipu" oleh sebuah
agen perjalanan di Puerto Rico tentang "pohon pisang yang eksotis"
(secara, di Indonesia pohon pisang beterbaran, bisa milih mau lihat dimana XD).
Karena pada dasarnya buku ini memang sebuah blog, bahasanya pun
menjadi ringan seperti sebuah buku harian: sangat personal, jujur, santai, apa
adanya. Ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan, segar, dan menghibur.
Trinity jeli dalam memilih topik sehingga kita hampir selalu memperoleh
informasi baru dari setiap tulisan-tulisannya. Ia memang tidak menyampaikan
hal-hal besar, tetapi justru karena kejeliannya memungut hal-hal kecil yang
sering luput dari perhatian itulah yang membuat kisah-kisahnya menarik diikuti.
Terlebih bagi mereka yang sama-sama senang jalan. Benar-benar menginspirasi.
Hal-hal kecil inilah yang membuat buku ini berbeda dari buku travelling yang
sekedar memamerkan keindahan obyek wisata.
Poin plus tambahan dari buku ini selain segudang kisah menariknya
adalah tips-tips menarik agar perjalanan dapat dilakukan dengan biaya
terjangkau. Antara lain dengan menginfokan tempat-tempat yang murah, rumah
makan yang bisa dikunjungi, transportasi, dan penginapan yang nggak berat untuk
kantong backpacker. Hal-hal ini cukup menjadi faktor bagi pembaca yang niat,
untuk tertarik ikut berbackpacker ria.
Disusun berdasarkan tema, buku ini dibagi menjadi enam bagian.
Masing-masing bagian terdiri dari beberapa sub bagian. Oleh karenanya, kita
bisa mulai membacanya dari mana saja, tidak perlu urut. Kita juga bisa membaca
ulang bab-bab tertentu, tanpa takut 'nggak nyambung' karena bahasan di buku ini
sudah segmented tergantung temanya.
Jadi begitulah review dari saya. :D
kapan-kapan disambung review buku lain deh ya.. Semangat! ^0^
Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/
0 komentar:
Posting Komentar
Mari berdiskusi! Silahkan, bekomentar dengan sopan! :D