Selasa, 04 Februari 2014

[Semacam Review Buku] Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati!

Diposting oleh Camelia di Selasa, Februari 04, 2014 3 komentar
Waktu Togamas ngasih diskon 30% dan membuat saya 'sedikit' kalap, saya membeli buku ini. Cerita lengkapnya ada di artikel sebelah.

Sekarang aku mau membahas sedikit tentang buku ini.

"Hah, sudah habis?" itu komentar yang terlontar setelah membaca buku ini.

Sebelum membeli buku ini, saya agak sangsi, apa benar ini buku bagus? jangan-jangan cuma humor yang mengatasanamakan kreatif? Akhirnya saya tetap beli buku ini. Buku yang awalnya dibaca dengan niat 'sebagai pengantar tidur', akhirnya malah membuat saya semakin tidak bisa tidur. Seru sekali!

Buku ini sangat menarik untuk diikuti, colorfull, nggak monoton, bahasanya asik, dan banyak ilustrasi. Kadang kita terjebak pada 'buku dengan banyak tulisan selalu lebih berbobot'. Nyatanya tidak. Saya setuju dengan komentar istri penulis tentang draf tulisan ini (sebelumnya) yang 'bapak-bapak' banget. Karena jika tidak ada komentar tersebut, buku ini nggak direvisi, nggak asik, bisa jadi saya nggak beli buku ini, nggak jadi insomnia, dan nggak termotivasi untuk kreatif.

Buku ini benar-benar menyadarkan diri ini bahwa selama ini kita memang telah -terlalu sering- membunuh kreativitas untuk mengamankan diri. Merasa nggak bisa menggambar hanya karena gambar kita terlihat aneh dan dinilai 75 oleh guru. Alhasil kita berada di kondisi monoton dan stagnan.

Dalam buku ini, penulis mengajarkan untuk memulai bertanya "Bagaimana kalau..?" dan memulai inisiasi. Sambil membaca buku ini, saya berpikir 'sudah berapa banyak kata "bagaimana kalau" yang saya abaikan?' dan tergantikan dengan, "Ya sudahlah.."?

Komentar-komentar pengantar di awal buku ini sangat tepat! Buku ini memicu pembaca untuk kreatif. Kreatif pada bidangnya masing-masing. Membaca buku ini bikin 'nagih', sampai saya tak sadar bahwa buku ini sudah selesai dibaca. Rada kecewa ketika membuka halaman selanjutnya dan mendapati profil penulis, :p.

Ini menunjukkan bahwa buku ini berhasil! Selamat datang di dunia kreatif! >0<

ps. review juga bisa dilihat di sini: http://www.lendabook.co/books/detail/1230

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Senin, 03 Februari 2014

Sesuatu Itu Bernama Lendabook

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 03, 2014 0 komentar
Lendabook. Kau tahu apa itu? Berasal dari kata Lend-A-Book. Lendabook itu semacam jejaring sosial yang memfasilitasi para pembaca buku dan kolektor buku untuk saling pinjam meminjam.

Kau tahu? Buku akan menjadi lebih bermanfaat ketika dibaca? Tentu kau tahu.

Aku ingin sedikit bercerita tentang Lendabook. Perjalananku bersama Lendabook diawali tahun kemarin. Dimana aku sedang dalam posisi secupu-cupunya karena cuma punya medsos Facebook. Aku memang cinta buku, sangat. Dan aku punya banyak teman yang sehobi. Salah satunya teman kosku. Dia memberitahuku ada sebuah website yang pasti bakal aku suka.

P: Qi, ada website keren. Kamu pasti suka.
Q: Apaan? //nggak begitu tertarik, karena pada saat itu lagi seneng-senengnya main di Livemocca.
P: Namanya Lendabook, website tentang pinjam meminjam buku.
Q: Hoooo~ ada, ya? //denger kata buku langsung tertarik dan berseru:
Q: Kereeen~ oke, aku sign up.

Selidik punya selidik, ternyata itu web udah ada sejak 2012 (kan, ane katrok), tapi nggak masalah, daripada nggak tahu sama sekali. :D

Dimulailah saya seperti kecandan ngunjungin web tersebut. Ada fitur Collection yang bisa dibilang seperti perpustakaan virtualku. Aku langsung rajin menuhin perpustakaan itu dengan bukuku. Sayangnya, mayoritas bukuku belom pernah ada di Lendabook. Setelah cari tahu, akhirnya aku tahu kenyataan yang sebenarnya: Buku harus diaplod sendiri! //Maleeeeees~~

Tapi karena aku merasa melihat perpustakaanku yang kosong melompong, dan gairah pengen pamer buku, akhirnya aku aplod dengan rajin minimal sehari 5 buku. Setelah semua buku teraplod, aku berkelana keliling Lendabook, baca cerpen-cerpen, baca artikel-artikel, nge-chat semua orang yang online (kurang kerjaan banget), dan melupakan facebook (bohong).

Akhirnya, ada tawaran utnuk menjadi volunteer Lendabook, dengan persyaratan harus mengirimkan CV dan diseleksi dahulu. Okey, aku pun mengirimkan CV. Alhamdulillah aku diterima. :D
Niatku saat itu emang pengen mendukung web keren ini biar seluruh dunia tahu. Membantu sebatas kemampuanku. Eh, aku udah bilang belum ya, web Lendabook ini asli bikinan bapak muda Indonesia, loh.. :3

Aku puas. Aku suka jadi volunteer, dan kali ini kegiatan volunteerku mengcover hobi membacaku. Seperti mendapat dua keuntungan sekaligus. Satu quote yang sangat aku suka dari Lendabook (ga tau aslinya dari mana), yaitu:

"Tidak ada orang yang tidak suka baca buku. Yang ada hanya orang yang belum menemukan buku favoritnnya."

Yuk, gabung ke Lendabook! Biar banyak temen dan ketemu temen sehobi. XD
Kalau udah gabung, follow aku yak.. hehehe... :3


Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Minggu, 02 Februari 2014

Pengemis Cinta

Diposting oleh Camelia di Minggu, Februari 02, 2014 0 komentar
Do you know what makes me feel more pathetic?
It's that i want to sleep more just to meet you in my dream.
Even you don't appear much.
Aku masih tergugu. Tersentak dalam diam oleh pikiranku sendiri. Aku tak pernah merasa lebih menyedihkan daripada ini. Sungguh, aku pantang mengasihani diriku sendiri. Karena yang paling menyedihkan dari kisah sedih adalah mengasihani diri sendiri. Dan aku merasa bodoh karena aku baru saja melakukannya.

Ini semua salahmu. Inginnya aku mengucapkan itu. Tapi nyatanya ini salahku. Salahku yang diam-diam mengagumi matamu, menikmati senyummu, dan dengan seenaknya memikirkanmu. Aku tentu tak bisa menyalahkan dirimu yang tiba-tiba muncul dalam hidupku, bukan? Karena kemunculanmu sesungguhnya bukan perkara yang istimewa. Kita bertemu sebagai rekan, sebagai teman.

Aku yang kolot. Aku yang terlalu konvensional. Menurutku wanita yang berhak dicintai lebih dulu, diucapi 'aku mencintaimu' lebih dulu. Ah, What a pride! Aku terlalu bertele-tele. Pun hati dan pikiranku, tak pernah mau sejalan. Perkara begini seharusnya tak jadi masalah besar. Tergantung mana yang kau pilih, menyelesaikan dengan logika, atau dengan rasa. Nyatanya kini aku tergugu, diam, tak tahu harus memilih yang mana. Mungkin sebaiknya dibiarkan mengalir? Tapi bukankah air berpeluang untuk jatuh? Untuk tak sampai ke hilir? Untuk menguap menjadi udara dan tak mengalir lagi?

Kenapa kini aku terlalu dipusingkan hal tak penting semacam ini?
Dulu semua terlihat tegas. Jelas. Hitam dan putih.
Kini, semua tampak abu-abu. Bahkan tak tahu lagi mana yang sebenarnya merupakan kebenaran.
Satu hal yang aku tahu, masih ada yang memberikan cinta padaku secara cuma-cuma. Mungkin ini saatnya aku kembali meminta cinta itu.

Sudahlah,
seharusnya aku sudah tahu, cinta mana yang lebih murni, cinta mana yang akan tetap membuatku bisa bertahan. Bahkan ketika aku tak bisa lagi mengagumi matamu, menikmati senyummu, dan dengan seenaknya memikirkanmu, aku masih punya cinta yang lebih besar.

Cinta yang tak akan pernah habis untuk semesta.
Bergegas aku beranjak, berwudhu. Mungkin sebenarnya yang aku butuh adalah cinta-Nya. bukan yang lain.
Dan di penghujung doaku, terselip satu nama yang kuharap dapat menjadi penyalur cinta-Nya untukku. Ternyata, aku belum berhenti berharap.

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Sabtu, 01 Februari 2014

Ketika Ambisi Itu Disebut Ramen

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 01, 2014 0 komentar
Warning: this post is so long and contain of 'curhat colongan' from the author. So, leave immediately if you think you'll waste your time by reading it.

Hari itu, Jumat, 31 Januari 2014. Diriku dan seorang teman berniat makan ramen. Petama, karena pengen, kedua karena sariawan (sangat susah makan nasi saat sariawan segede gaban nempel di pangkal lidah *btw, gaban itu segede apa?*//lupakan). Alhasil kami menuju tempat makan jepang yang deket dengan kosan (Sendowo), Nagoya. Tenyata ramen di sana sedang tidak tersedia. Mienya habis.

[Q = saya, P = teman]
Q: gimana, nih?
P: lha gimana?
Q: nggak jadi aja?
P: ya udah, yuk?

Akhirnya kami beranjak. Demi dapet ramen, kami rela jau ber-motor menuju Sushi story di daerah Seturan. Kenapa kesana? Karena ramennya enak dan relatif terjangkau. Sebenarnya ada yang lebih dekat lagi, yaitu Nikkou ramen, hanya saja rasanya masih kalah. Jadi, memilih kualitas, kami rela menempuh perjalanan lebih jauh dengan kondisi panas dan belum mandi.

Sesampainya di Sushi Story, disambut AC yang adem banget. Rasanya worth it! Setelah milih tempat duduk, menuliskan pesanan, menuju kasir (bayar di muka), dan..
"Ramennya kosong, mbak", sejenak aku pengen lemeees. Pandang-pandangan dengan temanku, dan..
"Maaf, mbak nggak jadi."
kami pun pergi.

Q: Kemana nih?
P: dimana lagi yang ada ramen
Q: pilihannya Nikkou atau Kay ramen yang deket sushi kakilima. Enak Kay ramen, tapi kayaknya jam segini belum buka. Mau nyoba?
P: boleh.
Q: Abis ini kita ke Sagan (lokasi Kay Ramen), kalau nggak ada kita ke Nikkou, gimana?
P: Oke.

dan kami menghela motor ke Sagan -dan masih panas- disambut jalanan Sagan yang aduhai ramainya.
Setibanya di perempatan Galeria, mulutku musti tersenyum kecut. Gimana lagi? belum mandi. Sesuai dugaan, masih tutup. Mau nggak mau, kami memutar kendaraan dan menuju Nikkou ramen di jalan Monjali (Am Sangaji).

Di lampu merah aku berpikir, bagaimana jika nanti Nikkou ramen tutup atau ramennya habis?
Dalam perjalanan aku berpikir, kalau di Nikkou habis juga, atau malah tutup, mungkin aku bakal beli mie ayam. Lalu aku berpikir lagi, ramen tadi tak ubahnya seperti ambisi, mimpi. Aku pengen makan ramen. Walau sederhana, ia merupakan ambisi juga. Perlu perjuangan untuk mendapatkannya. Tak terpikir berapa banyak bensin yang habis untuk malang-melintang mencari ramen, kulit yang jadi kering karena kepanasan, dan perut yang semakin keroncongan karena belum makan dari pagi. Jika ambisi itu tak begitu kuat, bisa jadi aku sudah selesai makan takoyaki di Nagoya atau sushi di Sushi Story.

Jika benar akhirnya Nikkou tutup atau kehabisan ramen, maka aku akan benar-benar makan mie ayam. Jika benar mengejar ambisi berkali-kali dan tetap belum tercapai, mungkin perlu bagi kita untuk menilik lagi, sebenarnya apa tujuan kita berambisi demikian? Apakah hanya karena nafsu? Sebenarnya pun tak salah jika kita berambisi hanya karena ingin. Karena kadang kata 'ingin' yang kita lontarkan, bisa jadi merupakan akumulasi alasan-alasan yang membuat kita menginginkan sesuatu, namun tak dapat terucap. Terkadang nalar kita bisa bekerja lebih cepat daripada logika dan membentuk kata 'ingin'.

Namun, jika memang kita merasa tak perlu lagi memaksakan ambisi, makan mie ayam bukan merupakan jalan keluar yang buruk. Bahkan bisa dibilang bijaksana. Karena kita kembali bertanya. Sebenarnya apa motif kami rela mencari ramen dari tadi? Jawabannya karena lapar. Jadi, ketika kita belum mampu -setelah segala upaya- mewujudkan ambisi kita, kita perlu setidaknya memenuhi hal dasar yang menjadi kebutuhan kita. Contoh realnya, ketika dengan segala upaya saya belum bisa dapat beasiswa ke luar negeri, ada baiknya saya mencari beasiswa di salam negeri. Karena motif mencari beasiswa adalah untuk melanjutkan studi. Hal seperti ini bukan berarti putus asa, kita hanya menyesuaikan dengan kondisi, dan kembali mengingatkan diri kita tentang tujuan awal.

Berhenti sejenak, melupakan sementara ambisi kita, dan mengingat tujuan awal, bisa menjadi hal yang penting untuk meraih mimpi. Ia tak sia-sia. Karena bisa jadi nantinya kita bisa mendapatkan jalan lain untuk memenuhi ambisi tersebut. Sama seperti, tak apa makan mie ayam dulu, untuk memenuhi perut keroncongan. Makan ramen bisa ditunda nanti malam atau besok. See? sebenarnya tidak merugikan kita.

Jadi begitulah sedikit analisis sok tahu saya pas di lampu merah.
Bagaimana akhirnya?
Akhirnya saya bisa makan ramen karena Nikkou masih buka, :D berarti ambisi saya terpenuhi. Tapi sebelumnya, saya benar-benar sudah siap makan mie ayam seandainya Nikkou tutup. Saya lagi beruntung.
Okay, selamat berakhir pekan!


Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Jumat, 31 Januari 2014

Kenapa Celengan Disebut Piggybank?

Diposting oleh Camelia di Jumat, Januari 31, 2014 0 komentar
Kenapa celengan itu disebut piggybank? Kenapa musti babi? Kenapa bukan doggybank atau cattybank? Padahal babi kan rakus. Kenapa jadi simbol tabungan? Apa karena makannya banyak dianalogikan dengan dia makan duit banyak?

Petanyaan itu dari dulu selalu bikin penasaran. Tapi akhirnya terlupakan.
Dan akhirnya suatu ketika makbedunduk itu pikiran muncul lagi di otakku. Kenapa, ya?
Selidik punya selidik, setelah tanya sama mbah gugel yang sakti, akhirnya aku tahu darimana asal kata Piggybank.

Ternyata, kata Piggybank adalah hasil bentukan budaya berbahasa. Dengan kata lain, Piggybank bukan istilah yang sengaja dibikin oleh seseorang untuk mengartikan celengan.

Berdasarkan penuturan di web ini, diketahui bahwa kata pada Inggris jaman dulu (kisaran abad 15) tersebutlah kata "pygg" yang artinya tanah liat. Orang-orang banyak membuat peralatan sehari-hari dengan tanah liat tersebut. Termasuk peralatan rumah tangga. Sekitar abad 18, pengucapan kata "pygg" mulai terdengar sama dengan 'pig' yang berarti babi. Dan tersebutlah oknum yang membentuk gerabah dari tanah liat yang berbentuk seperti babi. Kemungkinan (bisa jadi), ia adalah seorang perajin gerabah salah paham ketika ada order 'pygg' jar, dia menganggapnya 'pig' jar.

Pas tahu fakta ini, jadi pengen ketawa ngakak. Pantes aja kalau dilogika gak bakal ketemu-ketemu kenapa modelnya musti babi. Karena ternyata kata piggybank terbentuk karena -semacam- kecelakaan bahasa yang kemudian diturunkan secara otomatis dalam keseharian. Mungkin dulu pas abad 15, pronounciation dari pygg itu berbeda dengan pig, jadi tak ada kerancuan. Dan mulai abad 18 mulai terjadi pergeseran logat, yang menjadikan pronounciation kedua kata itu mirip.

Itu analisisku aja, sih.. kalau mau memastikan, tanya aja mbah gugel lebih lanjut tentang pronounciation of pig sebelum dan sesudah abad 18 (kalau itu emg cukup penting untuk dicari). Oke, sip. Sekian dan selamat menabung! :D

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Kamis, 30 Januari 2014

[Semacam Review Buku] The Naked Traveller

Diposting oleh Camelia di Kamis, Januari 30, 2014 0 komentar
Fyuhh.. habis selesai berkejaran dengan waktu bikin review mendekati deadline. Review apa? Jadi intinya, aku ikut even KAMIS REVIEW di Lendabook. Tapi ikutnya mepet deadline. Biasalah.. saya dan ide saya ini kadang musti ditekan biar cepet keluar. Entah karena isinya tinggal dikit atau emang masih dikit. Kayaknya masih dikit, biar bisa diisi lagi (mulai random). Eh, tapi serius lo, kalau isi otak masih dikit, berarti masih perlu belajar lebih dan lebih banyak lagi biar makin oke. Baiklah, ini sudah cukup mbleber. Mari kembali ke jalan review.

Alkisah, terdapat sayembara membuat review buku The Naked Traveller, dan tersebutlah seorang gadis (sebut saja saya), tergiur dengan hadiahnya yaitu INFERNO! Aku memang penggemar karya Dan Brown, terutama Digital Fortress (masih paling favorit sampai sekarang). Berbekal kemampuan seadanya, akhirnya jadilah review alakadarnya tentang buku The Naked Traveller. Tentu saja reviewku belum mewakili keseluruhan buku ini (namanya juga review), masih banyak kelebihan dan (mungkin) kekurangan buku yang belum aku sampaikan. Kalau mau baca banyak review dan lebih lengkap, baca aja di Lendabook.co atau goodreads.

Bersama postingan ini, saya lampirkan (secara tidak langsung) hasil review saya pada event tersebut (ceritanya lagi formal). Baiklah, jadi begini, buku ini adalah kumpulan kisah backpackeran-nya mbak Trinity yang bermula dari blog. Tentu bukan pertama kalinya blog diangkat menjadi sebuah buku. Namun, bisa dikatakan buku ini merupakan pionir buku blog-based yang bergenre travelling.

Buku ini ringan dibaca dan membuat saya cukup membuka mata (mungkin bagi sebagian besar pembaca juga), bahwa pergi ke luar negeri tidak perlu harus bermahal-mahal.

Banyak orang yang memimpikan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Tak terkecuali saya. 'Luar negeri' sempat menjadi impian yang cukup megah karena sudah dipastikan akan memerlukan biaya yang mahal dan berbagai macam keribetan bahkan sebelum memulai perjalanan tersebut. Hal inilah yang kemudian dibantah oleh Trinity melalui buku ini. Bahwa jalan-jalan itu tak selalu mahal. Hanya saja tentu harus berusaha lebih keras dan menghindari bayangan 'wisata nyaman'. Kerja keras dalam perjalanan dengan uang pas-pasan inilah yang memunculkan romansa tersendiri dan menjadikannya pengalaman yang tak terlupakan. Mulailah kata 'backpacker' menjadi sering diucapkan dan kegiatannya sering dilakukan.

Menurut pengakuannya Trinity, ia sudah berkeliling hampir semua provinsi di Indonesia serta 33 negara di dunia. Dalam perjalanannya, banyak hal mengejutkan yang ia jumpai dalam setiap kunjungannya ke berbagai tempat tersebut. Hal yang unik dari buku ini adalah, Trinity lebih sering membahas mengenai kejadian-kejadian mengejutkan tersebut daripada mengisahkan obyek wisata terkenal. Hasilnya, kisah-kisah beliau lebih pada bagaimana strugglingnya backpacker dan pengalaman seru bin unik dari sebuah perjalanan nekad, jauh dari kesan turistik. Misalnya, pengalamannya dengan toilet-toilet di airport atau kejengkelannya karena merasa "ditipu" oleh sebuah agen perjalanan di Puerto Rico tentang "pohon pisang yang eksotis" (secara, di Indonesia pohon pisang beterbaran, bisa milih mau lihat dimana XD).

Karena pada dasarnya buku ini memang sebuah blog, bahasanya pun menjadi ringan seperti sebuah buku harian: sangat personal, jujur, santai, apa adanya. Ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan, segar, dan menghibur. Trinity jeli dalam memilih topik sehingga kita hampir selalu memperoleh informasi baru dari setiap tulisan-tulisannya. Ia memang tidak menyampaikan hal-hal besar, tetapi justru karena kejeliannya memungut hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian itulah yang membuat kisah-kisahnya menarik diikuti. Terlebih bagi mereka yang sama-sama senang jalan. Benar-benar menginspirasi. Hal-hal kecil inilah yang membuat buku ini berbeda dari buku travelling yang sekedar memamerkan keindahan obyek wisata.

Poin plus tambahan dari buku ini selain segudang kisah menariknya adalah tips-tips menarik agar perjalanan dapat dilakukan dengan biaya terjangkau. Antara lain dengan menginfokan tempat-tempat yang murah, rumah makan yang bisa dikunjungi, transportasi, dan penginapan yang nggak berat untuk kantong backpacker. Hal-hal ini cukup menjadi faktor bagi pembaca yang niat, untuk tertarik ikut berbackpacker ria.
Disusun berdasarkan tema, buku ini dibagi menjadi enam bagian. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa sub bagian. Oleh karenanya, kita bisa mulai membacanya dari mana saja, tidak perlu urut. Kita juga bisa membaca ulang bab-bab tertentu, tanpa takut 'nggak nyambung' karena bahasan di buku ini sudah segmented tergantung temanya.

Jadi begitulah review dari saya. :D
kapan-kapan disambung review buku lain deh ya.. Semangat! ^0^

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/




Rabu, 29 Januari 2014

Mau Makan Masakan Jepang di Yogyakarta?

Diposting oleh Camelia di Rabu, Januari 29, 2014 0 komentar
Sebenarnya ini bukan review tempat makan. Karena sebenernya aku nggak pengen bikin review tempat makan. Pernah temenku nanya, "Kamu sering jajan-jajan, kenapa nggak nulis review aja?". Aku diam dan mikir. Kenapa aku nggak pengen bikin review? Akhirnya kutemukan jawaban, ternyata aku nggak pengen dituntut untuk selalu mengatakan "Enak" pada setiap makanan yang kucoba, dan yang terpenting, aku nggak pengen ribet. Kalau mau bikin review, sebelum makan musti motret makanannya dulu, suasana cafenya dulu, dan hal lain yang membuatku tidak segera makan. Jadi, okelah, nggak perlu bikin review. Tapi kalau diminta bikin review nggak masalah, sih.. Tapi kalau nggak enak, aku tetep bilang nggak enak.

Nah, postingan kali ini, aku cuma pingin membahas tentang rumah makan bernuansa Jepang di Yogyakarta. Berhubung banyak yang nanya, jadi aku pikir, mending tak bikin postingan aja biar yahud. Aku tentu bukan ahli di bidang makan makanan Jepang, tapi aku suka makan makanan Jepang yang aku sukai (Nah lo, muter-muter). Oke sip, mulai!

1. Hoka-hoka Bento
yang ini tentu dah pada tahu, karena emang nyebar di mana-mana, jadi nggak perlu dibahas.
2. Takigawa
Jujur, ane belom pernah makan di sini. Agaknya musti nabung agak banyak buat makan di sini, karena kesan restonya membuatku berpikir ini tempat mahal.
3. Silla
Ini juga belum aku coba, lokasinya deket Happy Puppy ring road utara. Selain masakan Jepang, restoran ini menyediakan masakan korea juga.
4. Nikkou Ramen
Tempat makan khusus ramen aja. Ini semacam kedai ramen yang pertama kali aku coba. Menu yang paling kusuka adalah Sea Food ramen. Ramennya semangkok gede. Tapi untuk rasa, bukan yang paling andalan. Hanya saja kalau kamu niat makan mie yang banyak, dan kenyang, bisa pilih tempat ini.
5. Assagaya
Tempatnya asik banget, classy walau kecil. kalau kesana aku sering milih meja kayu yang gede. Menu di sana banyak banget, dari sushi, ramen, sampai sashimi. Sushinya juga macem-macem jenisnya. Menu yang paling sering kuorder di sana adalh Taiyaki, atau roti bentuk ikan yang dalemnya ada kacang merahnya.
6. Nagoya
Tempatnya kecil tapi lucu. Aku suka desain bunga sakuranya. dan yang terpenting dari Nagoya adalah mayonaise! Saya serius. Emang makanan di sana menurutku enak-enak. Tapi, yang paling bikin enak adalah topping mayonaisenya yang nyam nyam banget. Bahkan aku rela pesen Takoyaki tanpa serbuk ikan di atasnya yang penting ttp ada mayonaise. Oke, mungkin saya lebay, tp emang mayonaisenya enak. Di sana aku baru nyoba sedikit. Jangan tanya tentang ramen, karena aku belum pernah makan ramen di sana.
7. Angkringan Bento (Waza)
Unik? Ya, tempat makan ini memang berbentuk angkringan. Hanya saja menunya jejepangan. Kamu tinggal milih lauk apa, dan mas yang jualan akan menggorengkannya untukmu. Angkringan ini bisa ditemukan di jalan Selokan Mataram, tapi aku lebih suka jajan di angkringan yang deket Apotik UGM. Kenapa? karena suasananya angringan banget! akalau nggak pelan-pelan, buat yang pertama ke sana, bisa jadi kelewatan karena emg cuma segrobak aja.
8. Happy Bee
Kalau ini juga udah banyak dimana-mana, menunya juga nggak cuma jejepangan. Enak dan tempatnya asik, hanya saja harga cukup melambung. Biasanya aku makan di Happy Bee yang ada di Mall Galeria (dulu namanya Bees)
9. Sushi Story
Nah, dari sekian tempat makan, Sushi Story merupakan rumah makan masakan Jepang favorit ane. Ramennya enak dan sambelnya pedes (baca: serbuk cabe). Ada sushi 5rb-an yang enak juga. nyam.. kalau di Sushi story biasanya aku pesan ramen, atau sakao makki sushi, takoyaki yang rockimaru ataupun crazy cheeze. Sebenernya pengen nyoba rainbow sushi, tapi belom ada terus sampai terakhir aku kesana. Kalau pengen ramen yang enak dan harga ga terlalu maha, aku rekomen Sushi Story deh!
10. Sushi Kaki Lima
Ini warung sushi di pinggir jalan. Makanya disebut kaki lima. Apakah rasanya juga standar jalanan? ternyata nggak! Sushinya enak, ada yang 5rban juga, tapi beda sama di sushi story. Ukurannya agak kecil. Aku suka salmon sushinya dan onigiri yang kecil-kecil. Enak banget kalau mau nyoba raw sushi di sini. Ada menu 20rb-an yang aku lupa namanya, dimana isinya sushi berbagai macam dan ada salmon sushi yang raw. nyam nyam.. menu lain aku belum pernah coba.
11. Ramen di samping Sushi kaki Lima
Ini aku lupa nama warungnya, yang jelas sebelahan sama sushi kaki lima. Menu yang pernah aku cobain adalah ramen. Kata temenku ramennya enak. Aku baru pernah nyoba ramen yang goreng di sana, padahal aku ga suka ramen goreng. Jadi aku belum mengatakan ramen di sana enak karena belum nyoba menu lain. Kapan-kapan nyoba lagi deh..
12. Sushi Tei
Ini restoran sushi baru yang bagunannya aduhai. Udah takut duluan mau masuk. Tapi suatu saat pengen nyoba ke sana.
13. Sugoi Tei
Kalau ini aku belum pernah nyoba juga. T-T mungkin suatu saat nanti.

Berarti selanjutnya, aku pengen nyoba ke Takigawa, Sugoi Tei, Sushi Tei dan Silla. Sebenernya masih ada banyak tempat makan jepang di Yogyakarta, tapi aku sering lupa namana, cuma tau tempatnya aja. Yah.. kapan-kapan bolehlah aku tambahin di postingan ini. Selamat makan!

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Minggu, 10 November 2013

Bilik

Diposting oleh Camelia di Minggu, November 10, 2013 0 komentar
Aku bisa menemukanmu, dan ini bukan yang pertama. Aku bisa menemukanmu tanpa harus berusaha mencarimu. Tentu hal itu tak berlaku sama untukmu, karena memang tak ada aku di matamu. Kau tahu? Tak perlu ada aku di matamu. Cukuplah hanya satu yang ada di matamu. Agar aku bisa tetap mengagumimu, kau yang setia.

Aku masih ingat ketika tak sengaja aku bertemu kau di toko buku. Aku seperti cacing yang tak sengaja menyentuh panas. Tak tahan. Aku tak tahan dengan degup yang terlalu kencang. Lebih baik aku segera pulang dan menyimpan pertemuan singkat itu dalam memoriku saja. Sebelum kau melihatku. Itu hal yang berbahaya bagi seorang pengagum.

Lagi, aku menemukanmu di tengah keramaian, tanpa harus aku mencari. Kutemukan begitu saja. Lalu aku mematung. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Tak mengerti apa yang harus kurasakan. Selama ini kau hanya diam untukku, kau hanya kebisuan yang indah. Maka ketika hatiku bergolak antara akan menyapamu atau tidak, mataku mengatup. Dan ketika ia membuka kembali, kau sudah tak ada di sana. Aku tak kecewa, karena kau masih indah. Kau masih ada di ruang yang sama dalam bilik kekagumanku.

Aku masih ingin menyimpanmu di ruang yang sama. Masih ingin begitu, mungkin untuk selamanya. Hingga aku bertemu denganmu, lagi. Tanpa aku harus mencari. Kau ada, begitu saja. Aku bisa saja berpura-pura buta, seperti yang biasa aku lakukan saat bertemu dirimu. Aku seharusnya bisa. Aku seharusnya bisa, untuk tidak menyapamu, tidak memperkenalkan diriku, untuk tetap membiarkanku tak ada di bayangan matamu. Seharusnya aku bisa.

Ketika diam telah bermetamorfosis menjadi bunyi, bunyi itu tak cukup mengenyangkan ekspektasi. Aku terlanjur muncul di bayangan matamu, dan itu buruk. Di matamu sudah ada bayangan lain, aku tahu. bayanganku hanya akan menjadi sementara. dan kau perlahan keluar dari ruangan di bilikku. Melangkah begitu saja.

Aku sadar, sesungguhnya yang kuinginkan hanya kesempurnaan. Karena aku mengagumimu dalam diam. Seharusnya kau tetap diam. Seharusnya aku tetap diam. Seharusnya bilik itu tak pernah dibuka. Maka kau akan tetap menjadi gambaran indah. Seharusnya aku tetap mengagumimu.

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Sabtu, 09 November 2013

Jilbab

Diposting oleh Camelia di Sabtu, November 09, 2013 0 komentar
Tentang jilbab.
Muharam ini, banyak teman yang mulai berjilbab.
ada yang bilang, "Alhamdulillah, mereka berjilbab, ya.. lumayan, yg cowok biar matanya lebih adem."

Semoga berjilbab untuk mereka bukan hanya ikut2an. Semoga memang menjadi prinsip. Semoga menjadi lebih baik. Semoga berjilbab bukan dianggap sebagai akhir pencapaian. Semoga berjilbab adalah permulaan untuk menjadi lebih baik.

Berjilbab tidak menjamin seseorang menjadi orang baik. Namun tidak berjilbab jelas adalah kesalahan buat muslimah yg baligh. Dan tentu saja, mau berjilbab dengan niat yang benar, membuat muslimah lebih baik selangkah dari yang belum. Karena jilbab itu bukan sekedar prinsip atau pilihan hidup. Berjilbab adalah kewajiban bagi muslimah yang telah baligh.

Semangat untuk lebih baik lagi! XD

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Kamis, 07 November 2013

Kata untuk Aini

Diposting oleh Camelia di Kamis, November 07, 2013 0 komentar
















Untuk temanku Aini yang berbahagia. Ternyata pas aku merasa rindu kamu, itu bukan tanpa alasan. Bukan perasaan kosong. Ternyata memang ada sesuatu yang terjadi padamu. Dan bodohnya, aku baru membaca postinganmu hari ini. Yang tak bisa berhenti kusebut saat membacanya adalah, "Subhanallah, subhanallah, subhanallah...".

Akhirnya penantianmu dijawab oleh Allah. :)

Nggak tahu harus berkata apa lagi. Ingin ngucapkan selamat, tapi mungkin ditunda dulu saja.
Yang jelas aku pengen peluk kamu dan mengatakan sesuatu, entah apa itu. Bahagia sekali rasanga. XD
dan aku pun seketika nggak bisa tidur.

Indah. :')

Semoga Allah memudahkan jalanmu, bersamanya, menyambut 6 bulan kedepan.
Subhanallah.. semua terasa indah pada waktunya. :)
 

Bunga Rumput Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei