Selasa, 11 Februari 2014

One Day One Post

Diposting oleh Camelia di Selasa, Februari 11, 2014 0 komentar
Huaaaaaahhhhhh~ *ngulet*
Apa kabar? Aku lagi pengen semangat! Yey! Sayangnya, akspresiku datas sekali saat ini. ._.
Baiklah, postingan kali ini saya cuma pengen refleksi.

Banner yang kupasang di akun fb-ku

Terhitung sejak Januari akhir, aku menargetkan diriku untuk selalu apdet blogspot minimal sehari sekali. Hmm.. berarti uadah sekitar 2 mingguan sejak target itu aku canangkan. Ternyata mewajibkan diri sendiri untuk melakukan sesuatu, terutama yang disukai itu justru menjadi hal yang berat. Aku punya kebiasaan moody, mood meledak-ledak saat sangat bersemangat. Jadi, pas semangat-semangatnya blogging, aku bisa bikin tulisan sampai 5 postingan sekaligus. Jadi, Posting banyak sekalian, habis itu ditinggal lama. Selama ini belum pernah rutin nulis atau mendisiplinkan diri untuk menulis.

Ini pertama kalinya. Aku memaksa diriku melakukan sesuatu yang kuanggap passion, kuanggap hobi dengan menjadwalkannya. ONE DAY ONE POST. Padahal aku orang yang sangat sulit bekerja sesuai jadwal. Bukan tipe yang terstruktur, kerja secara acak, dan nggak suka hal-hal monoton.

Awal-awal peluncuran progam ini, aku merasa sangat kesulitan. Kesulitan unutk konsisten, kesulitan untuk menuangkan ide menjadi tulisan. Susah memaksa bulir kata-kata ketika kita tidak menginginkannya. Tapi aku semangati diri. Kapan lagi kamu mau berusaha menepati targetmu sendiri? Memang sulit sebenarnya, karena ide itu sesuatu yang liar, sedang jadwal itu seperti mengandangkan hewan liar. Namun, bukankan ini ajang yang menarik untuk melatih dirimu menghadapi deadline? Mempersiapkan diri menjadi penulis sungguhan.

Aku pernah berdiskusi dengan teman-teman, bahwa hal baik yang ingin kita miliki, musti diulang-ulang selama 21 hari. Saat itulah hal baik itu telah menjadi kebiasaan. Kalau nggak salah disebutkan juga di bukunya Felix Siauw "How to Master Your Habits". Intinya, untuk mencapai kebiasaan menulis itu, aku masih harus menempuh satu minggu lagi. Setelah itu, aku yakin, menulis di blog ini akan menjadi hal yang ringan.

Hal baik yang aku dapatkan setelah mencanangkan program untuk diriku sendiri adalah:
1. Aku belajar tertib. Aku belum menjadi orang yang sangat teratur. Itu sulit. Karena aku nggak suka sesuatu yang monoton. Tapi menulis itu sendiri, walaupun terjadwal, ia dinamis. Tulisan yang kau buat tidak akan sama satu sama lain.
2. Mengambangkan tulisan. Ini dampak yang aku rasakan. Semakin sering menulis, semakin lancar otak mengungkapkan ide yang diinginkan, semakin mengalir kata-kata yang diutuliskan. Menulis menjadi semakin nyaman. Lama kelamaan, aku semakin sadar dengan gaya kepenulisanku. Dan setelah membuat postingan, aku nggak lagi merasa, "Ah, tulisaku terlalu random." "Wow, nggak fokus nih, tulisanku." Jadi dari segi berlatih, aku sudah meningkat.
3. Kepuasan pribadi. Kau yang pernah menargetkan sesuatu pada dirimu sendiri, dan bisa menepatinya, pasti pernah merasakan kepuasan yang sama denganku. Walaupun untuk hal kecil yang mungkin dianggap nggak penting untuk orang lain.

Semangat! Semoga tetap istoqamah menulis dan menargetkan. Program ini sendiri tak pernah kutargetkan sampai berapa lama. Hanya paling tidak sampai 21 hari. Aku sih pengennya sampai setahun ini tetap berjalan. Kecuali sangat terpaksa atau menurutku cukup, baru aku akan berhenti. :))

Tapi bloggingnya tetep jalan teruuus~ >0<
Semangat belajar! :D

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Senin, 10 Februari 2014

[Semacam Review Buku] Calvin and Hobbes

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar

Buku ini berisi komik strip tentang keseharian anak bernama Calvin dan boneka harimaunya, Hobbes. Dari buku-buku bertema anak yang aku baca, buku ini paling mengasikkan dan lucu untuk diikuti. Tentu saja sasaran buku ini bukan anak-anak, menurut aku. Karena anak-anak tidak akan begitu paham bagaimana jalan pikir mereka sendiri. 

Fakta bahwa aku senyum-senyum sendiri saat membaca buku ini adalah bukti bahwa ada rasa yang terbangkitkan dari masa lalu. Pikiran-pikiran nostalgia masa kanak-kanak, dan dugaan, "Ternyata, jalan pikir anak-anak seperti ini, bisa jadi dulu akupun berpikir begitu." 

Calvin diceritakan sebagai anak laki-laki yang sangat imajinatif. Dia membayangkan Hobbes, bukanlah boneka, namun harimau sungguhan yang hidup. Mereka berteman baik. Terdapat kepolosan dalam pola pikir Calvin. Tentu saja, karena dia masih anak-anak. Imajinasi yang lain adalah membayangkan guru-guru sebagai monster, percaya bahwa bisa terbang, dan merasa menjadi serigala.

Kisah lain yang lucu adalah ketika ada anak perempuan baru di kelasnya, ia menunjukkan ketertarikannya pada anak itu dengan bersikap seolah-olah membenci. Perasaan yang dulu pernah aku lalui juga. Tidak mau ketahuan suka teman. 

Buku ini sarat pskologi anak, yang unik dan menarik untuk diikuti. Mungkin karena kita sudah terlalu jauh dari masa kanak-kanak, ia menjadi nostalgia yang berharga, sekaligus menambah pengetahuan. 

Aku membaca buku ini berulang-ulang tanpa rasa bosan. Seperti tak pernah habis walau dibaca terus menerus. Aku sepakat dengan komentator buku ini, buku ini adalah buku yang paling merepresentasikan masa kanak-kanak dengan baik. Pokoknya asik bangeeet! >0< 

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

I'm Belle :3

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar
I’m Belle! Yay!
maybe it’s not something important, but it’s really exciting me. Belle is my fav Disney princess. I love the way she looks, i love her hobby which is same with me: READ BOOKS
When i was child, i ever imagined my self for being Belle and borrow many books from the Library she usually goes to. Then walk home while read book and sing.
Awww.. >.<
I’ll still love her. And love books ofcourse. :3
Indeed, I’m Belle.

If you want to try to take this quiz, go here

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Aku Rindu Jalan Kaki

Diposting oleh Camelia di Senin, Februari 10, 2014 0 komentar
Aku pengen jalan kaki. Aku rindu jalan kaki. Semenjak punya motor, aku jadi jarang jalan kaki. Dulu juga jarang sih, tapi naik angkot atau bus. Sekarang kemana-mana pakai motor. Jalan kaki jarang banget kecuali lagi pengen.

Setiap naik motor, pas lihat trotoar, lihat pengemis, lihat penjual lesehan, lihat tukang parkir, rasanya cemburu. Pengen melakukan banyak hal, hingga membuatku berpikir, "Seandainya aku sedang jalan kaki."
Ada semacam romantisme dari jalan kaki, yang aku rindukan. Tapi aku tahu, aku sulit untuk benar-benar lepas dari motor. Terutama saat harus mengajar privat di tempat yang jauh. Bukan tak bisa, hanya tak memungkinkan. Karena seringkali waktu untuk berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain hanya setengah jam, padahal cukup jauh. Maka dari itu aku tetap butuh motor.

Aku tetap rindu jalan kaki. Menyapa orang yang berpapasan.
Di lampu merah, ketika ada anak kecil mengemis, rasanya aku ingin ngobrol dengannya, lalu bertanya, "Kenapa kamu mengemis?" atau "Apa kamu masih sekolah?"
Atau sekedar mengobrol dengan nenek-nenek penjual koran yang sakit kakinya di dekat Pasar Demangan. Pengen berteman dengan adik penjual koran di perempatan Gramedia, dengan penari jalanan di perempatan Ring road Monjali, dengan bapak tukang parkir Rumah Sakit Sardjito yang punya dua anak.
Aku rindu.

Semua hal itu akan sulit aku lakukan dengan aku naik motor. Karena seringkali tak ada waktu untuk turun. Semisal ada waktupun, bagaimana caranya turun di lampu merah? Memarkir motor di pinggir jalan untuk ngobrol dengan pedagang topi dekat MM UGM juga rasanya ra ilok. Semacam kurang pantas. Malu membawa motor yang sering menjadi simbol orang berpunya.

Satu hal lagi yang akan lebih asik dilakukan dengan berjalan kaki adalah mengitari toko buku bekas. Bukan hanya turun dari motor dan membeli, tapi aku ingin berkenalan dengan penjualnya, mengenal jenis-jenis buku yang ada. Pasti menyenangkan.

Suatu saat, pasti. Jika Allah mengizinkanku. Insyaallah..
Tak ingin terlalu bergantung dengan motor. Suatu saat nanti. Atau mungkin besok. Kapan pun. Saat aku merasa siap. Siap untuk tak terlalu bergantung dengan kendaraan bermesin. Siap untuk berjalan kaki.

Tenang saja, aku masih akan tetap rindu jalan kaki, jadi ketika tiba saatnya melepas rindu tersebut, aku akan sangat berbahagia. :))

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Minggu, 09 Februari 2014

Setiap Anak Wajib Bahagia

Diposting oleh Camelia di Minggu, Februari 09, 2014 0 komentar
Selalu ada semacam keajaiban saat melihat anak kecil. Sebuah kepolosan yang terpancar. Selalu ada yang berbeda, yang membuatku tertarik untuk mengamati mereka. Bayi dan anak kecil, nantinya akan menjadi seseorang yang dewasa. Sebagian dari mereka menjadi orang baik-baik, sebagian dari mereka menjadi orang yang dianggap buruk oleh masyarakat.

Tak pelak, saat melihat seorang narapidana, pengedar narkoba, pencuri, koruptor, psikopat, pembunuh, pikirku berkata, Masa kecil seperti apa yang mereka lalui? Apa yang tidak mereka dapat sehingga mereka memilih jalan yang salah? Atau sesungguhnya kesalahan itu sendiri bukanlah jalan yang salah untuk mereka, melainkan hanya pembelajaran agar mereka tahu mana yang benar? Jika sudah begini, rasanya semua terlihat abu-abu, tak ada yang sungguh benar dan tak ada yang benar-benar salah.

Aku sungguh percaya, seorang anak kecil wajib hidup bahagia. Dengan masa kecil yang indah, dia akan siap menghadapi kehidupan. Indah, bukan berati harus selalu berkecukupan, terpenuhi semua keinginannya. Indah berarti dia punya kenangan yang sangat dihargainya, dikenang, dibingkai dengan bingkai emas, dalam hatinya. Kenangan itu yang nantinya akan menjadi pegangan ketika ia mendapat masalah. Membuatnya merasa: aku pernah bahagia, dan itu indah sekali rasanya. Jadi, aku akan tetap bahagia, jika masalah datang, aku akan menyelesaikannya, sehingga aku bisa bahagia kembali. Aku bukan pakar anak, bukan ahli psikologi, aku hanya mengungkapkan apa yang aku percayai. Seseorang yang pernah bahagia, akan merasa wajar jika nanti tertimpa masalah, Aku pernah merasa bahagia, jadi tak masalah jika sekarang Allah mencobaku, waktunya aku untuk diuji.

Mungkin benar aku sok idealis, terlalu naif, karena nyatanya kita tak akan benar-benar tahu kehidupan seseorang. Tak benar-benar paham perasaan seseorang. Tapi yang jelas perlu digarisbawahi adalah, kebagiaan yang saya maksud SAMA SEKALI TIDAK BERKAITAN DENGAN MATERI. Namun lebih pada kehangatan keluarga, pendidikan dan pengawasan yang layak dari orang tua, pembelajaran moral dan agama, dan kesadaran untuk qana'ah.

Semua berawal dari keluarga. Semua anak berhak akan cinta dan kehangatan. Itu kebahagiaan terbesar bagi mereka. Bukan uang, mobil-mobilan, atau barbie.

Semoga semakin banyak keluarga yang hangat dan penuh cinta di dunia, sehingga orang jahat dan pembuat onar bisa banyak berkurang. Kita masih harus banyak belajar.

Semangaaat! >0<

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Sabtu, 08 Februari 2014

Jangan Lari!

Diposting oleh Camelia di Sabtu, Februari 08, 2014 0 komentar
Aku nggak ngerti. Kenapa orang melarikan diri dari polisi ketika ada razia? //ceritanya tadi lihat tivi sekilas dan dan ada mbak-mbak yang melarikan diri dari razia/ Padahal mbaknya pake helm. Ah, mungkin tidak bawa STNK? atau SIM? Atau salah jalur?

...................................

Jadi bukankah sesungguhnya kita cenderung lari dari masalah ketika merasa bersalah?
Entahlah.

Untuk kasus razia tadi, entah kenapa rasanya itu tidak benar. Melarikan diri, bahkan ketika polisi sudah mendekati dan menarik motor si mbak, terasa tidak benar. Bukankah itu berarti menghina? Menghina pak Polisi? Bahwa sesungguhnya memang si mbak itu telah melakukan kesalahan dan kabur. Tidakkah dia sama saja dengan pelanggar-pelanggar hukum yang lain?

Aku tak bilang kalau aku tak pernah melanggar. Aku kadang tidak bawa helm untuk temanku saat harus boncengan, sehingga harus lewat jalan tikus. Itu pun jika terpaksa. Jika memungkinkan, maka aku akan pulang mengambil helm. Tapi kabur dengan jelas di depan polisi, bukankah itu keterlaluan. Jika tidak salah, kenapa kabur? Jika memang salah, kenapa tidak berani tanggung jawab? Apa itu tidak beda dengan koruptor yang kabur dari kejaran KPK? Okelah, mungkin berlebihan. Tapi aku nggak menemukan analogi lain.

Apa katamu? Balas dendam pada polisi? Jika kau kecewa pada sebagian polisi, apakah itu berarti menyalahkan semua polisi? Apakah itu berarti kabur ketika melanggar peraturan lalu lintas?
Maaf, aku tak bisa menangkap logikanya. Bagaimana jika sang polisi sebenarnya polisi yang jujur? Polisi yang lelah karena disalahkan terus menerus atas kesalahan rekannya? Itulah sebabnya kita tak bisa mengeneralisasi segala hal. Bersikaplah bijak! Aku juga belum ahli tentu saja. Jadi, mari kita berusaha bersama-sama.

Jika kecewa dengan polisi nakal, jangan terus balas dendam dengan ikut-ikutan jadi nakal. Kalau dirimu tidak teratur, bukankah itu ladang empuk bagi polisi-polisi nakal? Itu artinya kau ikut mendukung.
Cobalah patuhi aturan, karena sesungguhnya itu demi kebaikan kita sendiri, bukan?

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Jumat, 07 Februari 2014

7 Steps to Achieve a Quality Salat

Diposting oleh Camelia di Jumat, Februari 07, 2014 0 komentar
Alohaaaa~ Semangat Jumat!
Jumat itu hari penuh barokah, ditambah hari ini hujan. Adem.. :3

Nah, berhubung saya lagi males, jadi saya copy-kan atrikel dari:
http://thepiercingstar.tumblr.com/
Dan karena saya sedang super males, jd tetep pake bahasa Inggris aja, ya.. Nanti kalau udah sempat (baca: nggak males), aku buat yang bahasa Indonesianya. Gomennasai~ *bow*

1. Pray on time

First things first. When we give God priority, He gives us His priority. Look forward to the time when it’s prayer and then drop whatever you are doing to go and pray. Make this especially true for yourself if you’re traveling.

2. Slow down

Slow down in each position. This would be especially important if you’re naturally a quick reader and your salat normally finishes quickly. Slowing down can mean reciting the Quran a bit more slowly or just holding your position i.e. in sujood for a few seconds more than normal after you have finished reciting. Inshallah, this will allow you to relax and get that piece of mind in a way that is pleasing to Allah SWT as opposed to perhaps rushing the salat.

Additionally, you will find slowing down allows the Salat to run smoothly in a beautiful manner, InsyaAllah =)

3. Understand what you’re reciting

You don’t have to be a scholar to understand what you’re reciting. We should make the effort to understand at least some of what is read during salat.

For example, Surah al-Fatihah is something we all read during salat but do we know what, “Iyyaka na’a budu wa-iyyaka nasta aeen” means? “You {Alone} we worship, and You {Alone} we ask for help [for each and everything”. This Surah is also fairly short and therefore not difficult to remember.

Once we understand what we are reading during salah even if it’s not all of what is read, then we will find that sweetness you obtain from salat through understanding what we are saying. This can only allow us to become closer to Him.

Recite different surahs. If it’s Surah Ahad that you recite regularly. There are other Surahs that you’ve memorised but never recite in Salat. Recite those and reflect on it’s meanings.

4. Remember Shaitaan’s tricks!

This is our enemy, Shaitaan. We are blessed by Allah SWT that we are in a position to be performing salah but this doesn’t stop Shaitaan in our salah who is ever busy trying to distract us from our worship.

It is said in a hadith that shaitaan called ‘Khinzab’ sits on your shoulder in salah. As soon as you start the salah, it whispers and does everything to disturb you. That’s why if you find yourself running through your shopping list or what you have to do for the rest of the day then know that this is the shaitaan working its magic.

‘Uthan b. Abu al-‘As reported that he came to the Allah’s Messenger (PBUH) and said:“Allah’s Messenger, the Satan intervenes between me and my prayer and my reciting of the Qur’an and he confounds me”. Thereupon, Allah’s Messenger (PBUH) said, “That is the doing of the Satan who is known as Khinzab and when you perceive its effect, seek refuge with Allah from it and spit three times to your left”. [Muslim].

If we understand the different tricks of the shaitaan, we can avoid falling into its traps and letting our minds wander in salat.

5. Stay focused

Isolating ourselves and going in a quiet place can and should be applied to our salat. Anything that allows us to focus, concentrate and block out the world during salah can only benefit us.

Many people find sitting in wait for the salat, doing dhikr for a few minutes is very useful. This will InshaAllah allow you to forget about the world and the various things you have to do for a few minutes. Therefore, when the salat begins, you will be fully focused.

6. Increase the significance/importance of THIS salat

Try to think of the salat you are about to perform as the one in which Allah SWT will question you about on the Day of Judgement. This should help us to perform the salat with the devotion, concentration and care we are looking for.

Additionally, consider that this salat may be your last. I’m sure if we were told this would be our last salat, we would perform it with extreme devotion, avoid anything and anyone that distracted us and make it the longest salah possible. This is something to reflect on.

7. Continuously make dua

This is a vital point to consider for everyone. Dua should constantly be made to Allah SWT as without His help & His willing, we will not be able to perform the salat as required. We should continuously ask Him to send blessings on us and if for example we are struggling with remembering the Quran, or concentrating then we should continuously seek help from Allah SWT.

Finally, dua should be made thanking Allah SWT for all His bounties and giving us the blessings to be able to perform salat and pray to him despite our many faults.

A dua that should, therefore, be read constantly after salat is, ‘Allahumma innee ala zikrika wa shukrika wa husni ibaadatik’ (O’Allah, help me remember You, to be grateful to You, and to worship You in an excellent manner).

I sincerely hope this will help us all gain Kushu’ in our salat InsyaAllah. Jazakallah khair!
[this is extracted from productivemuslim.com, plus i’ve added a few more important points =)]

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Kamis, 06 Februari 2014

TUKANG CUKUR DAN KURSI GOYANG [edited]

Diposting oleh Camelia di Kamis, Februari 06, 2014 0 komentar
Jam dinding menunjukkan pukul 09.10 di warung cukur rambut Kang Abu. Dilebihkan 10 menit dari waktu asli, aku sudah hapal. Kang Abu tak pernah terlambat membuka tempat cukurnya setiap hari. Saat jam dinding di warung itu menunjukkan pukul 9 tepat, kau akan jumpai kang Abu mulai membuka tirai warungnya. Lalu jam 9.10, tepat sama dengan pukul 9 di arlojiku, warung itu sudah siap menerima pelanggan. Pelanggan di warung cukur Kang Abu biasanya tetap itu-itu saja, namun belakangan warungnya menjadi terkenal. Sepertinya ada pelanggan yang membocorkan keunggulan warung cukur Kang Abu.

Warung cukur Kang Abu bukan warung cukur elite bergaransi. Warungnya hanya merupakan ruang tamu rumahnya yang sederhana. Sudah berdinding tembok, namun masih berlantai ubin. Jika kukatakan aku adalah pelanggan setia warung cukur Kang Abu, aku tidak berbohong. Sejak aku mengenal warung cukurnya 5 tahun silam, aku tidak pernah cukur di tempat lain selain di warung kang Abu. 

Warung kang Abu memiliki kelebihan yang hanya diketahui pelanggannya, karena memang tidak diumumkan. Kelebihan pertama dari warung ini adalah tukang cukurnya, kang Abu itu sendiri. Dia orang yang sederhana, sudah banyak beruban. Badannya pendek namun tegap, gerakannya sigap, tapi tetap tidak menutupi fakta bahwa ia sudah tua. Ia dapat menyelesaikan cukur rambut dengan cepat. Tentu saja dengan lambat juga bisa, tergantung pesanan. Kelebihan kang Abu dibanding pencukur rambut yang lain adalah dia merupakan pendengar yang baik bagi pelanggannya. Warung cukur kang Abu memiliki pelayanan 'curhat' bagi pelanggannya, tentang apapun. Pelayanan inilah yang menjadi kelebihan warung cukur Kang Abu. Itu pula sebabnya pelanggan warung cukur ini selalu tetap. Bukan karena hasil cukurannya buruk, melainkan karena semua pelanggan enggan membagi porsi cukurnya dengan orang lain. Jika pelanggan kang Abu tidak bertambah, maka masih ada waktu cukup untuk mereka curhat. Namun entah mengapa seperti yang aku bilang, pelanggan kang Abu semakin bertambah. Hal ini tentu saja mengancam pelanggan-pelanggan lama sepertiku. Walau telah lama menjadi pelanggan kang Abu, ia tak akan pilih kasih. Pelanggan yang datang duluan, akan dilayani duluan. Tidak ada sistem pesan tempat, jika ada, sudah kugunakan layanan itu dari kemarin. Alhasil aku harus menunggu warung kang Abu buka. Aku menunggu di luar warung 10 menit yang lalu. Belum ada pelanggan lain. Satu keuntungan bagiku. Tentu saja, biasanya laki-laki pergi bekerja jam segini. Inipun aku sengaja bolos kuliah pagi demi cukur rambut.

Sejujurnya, tentu bukan cukur rambut alasanku datang ke warung kang Abu. Seperti juga pelanggan-pelanggan yang lain, kami cukur karena ingin curhat. Aku masih bertanya-tanya, kenapa kang Abu tidak buka kedai konsultasi saja sekalian? Kerja cukurnya sebagai sampingan.Biasanya, kang Abu akan duduk di kursi dekat pintu menunggu pelanggan datang. Pagi ini tidak, karena ia melihatku berjalan mendekat. Sengaja aku tidak menunggu di depan pintu sejak 10 menit yang lalu. Aku tidak ingin mengganggu ritual paginya menyiapkan peralatan cukur, jadi aku menunggu di angkringan seberang jalan sambil minum kopi.

"Wah, gasik sekali, mas!" Sapa kang Abu ramah.
"Iya, kang! Butuh cukur." Jawabku.

Walau dari umurnya ia lebih pantas dipanggil pak, aku memanggilnya kang. Sudah julukan. Sekali dipanggil kang, sampai tua tetap dipanggil kang. Seperti mbak Darmi penjual sayur keliling, semua orang memanggilnya mbak, dari orang tua hingga anak-anak. Sudah julukan.

"Ya mangga, duduk dulu. Saya buatkan coklat panas." Ini satu lagi kelebihan warung ini, ada minuman gratis, coklat. Pernah aku bertanya, "Mengapa coklat, bukan yang lain?". Dia cuma menjawab, "Biar tenang". Dia paham betul semua pelanggannya sedang butuh curhat, selain potong rambut tentunya. Maka jika kau edarkan pandangan ke sekililing ruangan, kau cuma akan mendapati satu meja cukur dan kursi, selain itu peralatan cukur.

Kang Abu cuma menyediakan satu tempat untuk satu pelanggan. Jika pelanggan lain datang, maka dipersilahkan menunggu di luar sambil minum coklat. Privasi, itu yang selalu dijaganya. Keuntungan curhat pada Kang Abu adalah, ia dapat dipercaya. Aslinya memang tidak banyak bicara. Bicara seperlunya saja. Ia sering punya solusi untuk masalah pelanggan, dan saat ia tak punya solusi, ia punya senyum dan segelas coklat tambahan. Semua pelanggan sudah paham.

"Mau dicukur bagaimana?" tanyanya.
"Biasa aja, kang." jawabku.

Ketika kang Abu baru memulai cukurnya, seorang bapak menyelonong masuk.
"Kang, boleh saya duluan yang cukur?" Terlihat tergesa, terlihat panik.
"Izinnya ke mas Andi ini, saya cuma tugas nyukur." Kata kang Abu sambil tersenyum.

Lalu bapak itu memandangku, ragu. Sepertinya segan. 
"Silahkan, pak. Saya bisa menunda." Bukan basa basi, memang bisa menunda.

Aku cuma hendak curhat tentang pasangan hidup. Sepertinya si bapak sedang sangat butuh solusi."Terimakasih banyak ya, dik. Terimakasih.. terimakasih.." Bapak itu terus menerus berterima kasih."Iya, pak. Nggak apa-apa. Saya nunggu di luar ya, kang!" kataku seraya berjalan menuju pintu. Lalu sekali lagi si bapak mengucap terimakasih. Kang Abu lagi-lagi cuma tersenyum.

Sekitar 10 menit bapak itu cukur. Lalu tibalah giliranku. Wajahnya sudah cukup tenang, walau mimiknya masih serius. Saat berpapasan, dia kembali berterimakasih padaku, dan aku menjawab dengan jawaban yang standar, "Sama-sama."Bapak itupun berlalu."Nah, saya lanjutkan lagi nyukurnya.", ucap kang Abu setelah aku duduk di kursi dan dipakaikan kain penutup. Sebenarnya, aku pingin sekali tanya tentang masalah bapak tadi, tapi tentu saja tidak mungkin. Kang Abu tidak mungkin mau cerita.

Guntingan kedua di rambutku, dan aku mulai bercerita tentang kegalauanku memilih pasangan. Ceritaku tak lama, dan sudah tak terlalu mendramatisir karena sudah cukup tenang. Efek coklat? Mungkin. Sugesti? Mungkin juga. Karena kali ini aku mendapat jawaban dari curhatku, aku tidak dapat tambahan coklat, tapi aku tetap dapat senyuman kang Abu.

Setelah pamit, aku berjalan pulang ke kos. Tentang masalahku, sudah ada solusi. Sudah tenang. Justru aku kepikiran tentang bapak tadi. Masalah apa yang membuatnya begitu terburu-buru? Jika dipikir-pikir, wajahnya cukup familiar.

******************************************************************
Kurebahkan badan di kamar kos sore ini. Sekarang sudah benar-benar lega, sudah jelas keputusanku tentang pasangan hidup. Kuambil koran kemarin yang belum jadi kubaca. Mataku tertuju pada satu artikel. Sontak aku memandang foto yang jelas terpampang.

Aku terduduk. Aku ingat bapak tadi! Dia pengusaha yang akhir-akhir ini sering disebut namanya karena perusahaannya terancam bangkrut. Aku terkesima dengan ketenaran kang Abu. Jaringan pelanggannya luas.

"Kenaikan dolar saat ini memang mengancam perusahaan saya. Tapi saya masih berusaha menanganinya."

Kubaca artikel tersebut, tapi tetap tidak menjawab pertanyaanku, mengapa dia konsultasi pada kang Abu? Apa masalahnya?Hari menginjak malam, masih terlalu dini untuk tidur. Aku pun memilih online. Masih penasaran, kucari nama pengusaha tadi di search engine. Kutelusuri, yang ada hanya kisah-kisah tentang usahanya. Ternyata dia sudah cukup sering diberitakan, dari yang hangat bulan-bulan lal karena kesuksesannya, hingga yang baru-baru ini karena perusahaannya terancam. Aku masih penasaran. Rasanya tidak mungkin seorang pengusaha meminta solusi bagaimana memperbaiki perusahaan pada kang Abu. Lalu kutemukan alamat twitternya. Aku mencoba bertanya. Ku follow, lalu kukirimkan Direct Message. Tidak yakin dia akan menjawabnya. Seharusnya aku kirim email saja. Ah, tapi berlebihan. Hingga larut malam aku menunggu dan dia tetap tidak menjawab. Sialnya, kebiasaanku adalah tidak bisa tidur saat penasaran. Alhasil, aku terbangun hingga pagi menunggu balasan dari bapak itu. Sangsi sebenarnya mentionku akan dibalas, tapi aku tetap menunggu. Kubaca buku filsafat ilmu sambil menunggu, berharap mengantuk. Nyatanya tidak.

Beberapa jam berlalu. Aku cek twitter, tidak ada jawaban. Ah, sudah pukul 2 pagi! Mungkin sebaiknya aku pergi ambil wudhu. Shalat malam. Salah satu solusi dari beberapa solusi yang ditawarkan kang Abu. Selesai shalat, kembali kupantengi twitter. Susah memang menahan penasaran.

Hei! Ada balasan! Buru-buru kubaca balasannya. Ia mengirimkan sebuah link yang menggiringku pada sebuah catatan.

Kepada dik Andi yang penasaran akan saya. Sesungguhnya saya tak ingin banyak bercerita.  Hanya karena saya masih berterimakasih pada anda, makanya saya ceritakan sedikit. Bukan masalah perusahaan yang saya khawatirkan, tapi masalah janji. Janji saya pada orang tua saya bahwa saya tidak akan pulang ke rumah hingga saya sukses merajai pasar Indonesia. Karena janji saya ini, saya jadi nelangsa karena tidak pulang saat ibu saya meninggal. Jika perusahaan saya bangkrut, saya terancam tidak dapat pulang selamanya. Ketakutan itu membayangi saya. Saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Ayah saya sudah tua. bahkan saya tak tahu keadaannya.

Dengan perasaan campur aduk, hari ini saya pulang. Lalu saya bertemu dengan anda. Ayah saya hanya berkata, "Seorang lelaki tidak melanggar janjinya. Hari ini, kau adalah pelangganku. Anakku akan pulang jika sudah sukses merajai pasar Indonesia." Ia menganggap saya pelanggan hari ini, bukan anak. Maka saya tidak boleh pulang hingga aku sukses. Saya menceritakan ini semata-mata karena rasa terimakasih dan kepercayaan saya.

Aku tetap tidak percaya walau kubaca berulang-ulang postingan itu. Aku semakin tidak bisa tidur, hingga adzan subuh berkumandang. Aku shalat.

Pukul 9 tepat aku kembali ke warung kang Abu. Dia tersenyum menyambutku.

"Potongannya salah?" tanyanya.
"Tidak, kang. Mau merapikan sedikit rambut depan." Sebenarnya tidak, aku ingin bertanya.

Ada yang lain saat memasuki warung cukur kang Abu. Ada kursi goyang, berwarna cokelat dengan ukiran naga di kaki kursinya.

"Baru, kang?" tanyaku.
"Itu hadiah dari anakku."
"Hooo..." Lalu aku terdiam. Tak bisa bertanya apapun. Tidak cerita apapun. Hanya diam. Kang Abu pun diam.
"Sudah selesai." Katanya sambil berlalu menuju dapur. dan akupun mendapat segelas lagi coklat panas gratis.

============================

nb. Ini cerpen oneshot, pernah aku share di facebook pribadiku. Bikinnya abis maghrib smp pukul 20.47. 
Aku membuat tantangan untuk diriku sendiri: Mencoba membuat cerpen dari judulnya dulu. Masih terasa ada yang mengganjal. Mangga teman2 memberi masukan, mungkin tau apa yg kurang sedap. Terimakasih~

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

[Semacam Review Buku] Ketika Orang Tua Tak Lagi Dihormati

Diposting oleh Camelia di Kamis, Februari 06, 2014 0 komentar
Tiba-tiba ingat dengan buku lamaku. Buku nonfiksi kedua yang kumiliki. Judulnya Ketika Orang Tua Tak Lagi Dihormati karangan H. A. Fulex Bisyri. Sebenernya ini bukan review. Ini hanya kata-kata yang aku suka dari buku itu.

ini salah satu isi dalam buku tersebut, 
ikhwan: lelaki muslim
akhwat: wanita muslim

Cerita Ibu tentang Ikhwan Sejati
Seorang remaja pria bertanya pada ibunya
Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati
Sang ibu tersenyum dan menjawab,
"Ikhwan sejati bukan dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat kerja, tapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari kerasnya pukulan, tapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari dadanya yang bidang, tapi dari hati yang ada di balik itu.
Ikhwan sejati bukan dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tapi dari komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya menjalani lika-liku kehidupan.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca Al-Qur'an, tapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang dia baca."

Setelah itu ia bertanya, "Siapakah yang dapat memenuhi kriteria itu, Ibu?"
Sang ibu memberinya buku dan berkata,  "Pelajari tentang dia"
Ia pun mengambil buku itu, MUHAMMAD judul yang tertulis di buku itu.

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/

Rabu, 05 Februari 2014

Book is 'A Bit' Like Oxygen and Better Than Nitrogen

Diposting oleh Camelia di Rabu, Februari 05, 2014 0 komentar
Sebenernya postingan kali ini sama sekali nggak berhubungan sama judul, kecuali tentang bukunya. Cuma pengen pake judul yang mentereng aja demi kepuasan pribadi /apasih/ walau sebenernya sedikit mewakili hati penuls, sih.. Tanpa buku pasti hidup jadi kosong, yah.. tapi tetep lebih penting oksigen sih.. /udah jelas. Oke, lanjut cerita.. :3

Yuhuuuuu!
Paling seneng itu kalau habis beli buku baru. Apakah kalian melihat wajahku yang berseri-seri? *tersipu*
Jadi ceritanya, aku mau pamer dikit tentang koleksi bukuku yang baru. Kenapa ada koleksi baru? Karena Togamas baru aja menggelar diskon 30% untuk semua buku dan obral komik seharga 5000-an! >0<

Namanya hobi baca dan beli buku, seringkali aku rela nggak jajan, ngirit2 uang makan, nggak beli baju, demi nabung buat beli buku. Aku yakin, teman-teman yang nasibnya seperti aku banyak. Masih untung aku ada kerja partime yang honornya bisa dijadikan subsidi buat beli buku. Kadang malah dihabisin sama sekali buat beli buku. T-T

Untung pada saat bencana yang membahagiakan itu terjadi, tabungan saya sudah cukup banyak, walaupun tetep musti nomboki dari uang jajan. :3 Bocoran: saya mendatangi Togamas hampir tiap hari loh, jadi buku-buku ini dibeli terpisah.

Oke, jadi buku baru saya antara lain:

  • Titik Nol
  • Totto Chan's Children
  • Bukan Pasar Malam
  • Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir
  • Kreatif Sampai Mati
  • Komik Hai, Miiko Vol. 26
  • Komik One Piece Vol. 43, 63, 64, 66
  • Komik Arsene Lupin Vol. 1
  • Komik Nan Nan's Dialy Life Vol. 1
  • Komik Prince of Tennis Vol. 27
  • Puri Gorila Merah
  • Inferno
Khusus yang dua terakhir, itu bukan beli di Togamas. Puri Gorila Merah aku beli online karena susah banget ndapetinnya secara offline di Jogja. Motivasi beli buku ini, satu-satunya adalah mau nostalgia alias membangkitkan kembali romantisme membaca di masa kecil (apalah bahasanya~). Dulu pernah baca buku ini, tapi cuma minjem, dan aku penasaran wujud buku itu sekarang. Buku jadul, buku jaman SD. dan Ongkir yang kukeluarkan lebih mahal dari harga buku, -_-" //tapi ga masalah, karena keinginanku terwujud. :D

Selanjutnya, INFERNO! Review yang pernah aku buat dan aku ceritakan di sini, ternyata lolos dan mengantarkanku mendapatkan Inferno ini secara gratis! Iyeeeeey!  >0< udah, gitu aja. Intinya saya senang. Alhamdulillah.. :3

Selamat membaca!
ps. Rak bukuku nggak muat lagi, padahal abis beli. T-T *curhat*

Selamat membaca dan Happy blogging! \(^0^)/
 

Bunga Rumput Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei